Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Lebih jauh, lantaran tidak ada penjualan bersih pada kuartal I-2025, AMMN membukukan EBITDA negatif US$ 42 juta. Meski terjadi penurunan signifikan, hal itu sudah diantisipasi lantaran smelter baru beroperasi pada akhir Maret 2025.
Sebagai respons, AMMN telah memperkuat fokus pada disiplin biaya dan menerapkan langkah-langkah efisiensi serta penghematan di seluruh lini bisnis untuk memastikan perusahaan tetap tangguh selama masa transisi.
Di samping itu, AMMN mencatat kerugian bersih US$ 138 juta pada akhir kuartal I-2025, berbanding terbalik dengan capaian kuartal I-2024 di mana perusahaan meraih laba bersih US$ 131 juta.
Kembali lagi, rugi bersih ini merupakan hasil dampak sementara dari ketiadaan penjualan selama kuartal pertama.
Meski hasil ini mencerminkan tantangan jangka pendek, faktor-faktor ini telah diantisipasi dan diperkirakan tidak memengaruhi prospek AMMN pada tahun ini. “Dengan akan dimulainya aktivitas penjualan pada kuartal mendatang, kami yakin akan pemulihan operasional dan keuangan,” tutur Alexander Ramile.
Baca Juga: Amman Mineral (AMMN) Raih Kinerja Cemerlang pada 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya
AMMN juga mengumumkan telah menggunakan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 360 juta pada kuartal I-2025, turun 14% dibandingkan kuartal I-2024 yakni US$ 420 juta.
Belanja modal ini telah dialokasikan untuk proyek ekspansi. Di antaranya adalah smelter dan Precious Metals Refinery (PMR) sebesar US$ 68 juta, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), fasilitas Liquified Natural Gas (LNG), dan fasilitas transmisi dan distribusi senilai US$ 50 juta, ekspansi pabrik konsentrator senilai US$ 151 juta, infrastruktur pendukung senilai US$ 50 juta, serta sustaining capital expenditures senilai US$ 41 juta.
Selanjutnya: Kurangi Ketergantungan dari China, Apple Akan Gunakan 19 Miliar Cip dari AS
Menarik Dibaca: Edukasi Sistem Peradilan Nasional, UPH Gelar Seminar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News