Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat peserta lelang surat utang negara (SUN) pada Rabu (18/8) tercatat melonjak. Hal ini tercermin dari jumlah penawaran masuk yang mengalami kenaikan dibanding lelang SUN terakhir.
Berdasarkan data DJPPR, total penawaran yang masuk sebesar pada lelang kali ini mencapai sebesar Rp 116,1 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan lelang SUN yang digelar sebelumnya, yakni Rabu (18/8) sebesar Rp 77,07 triliun.
Bahkan, jumlah penawaran yang masuk pada lelang hari ini juga merupakan yang tertinggi pada tahun ini serta tertinggi kedua sepanjang sejarah lelang SUN. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Deni Ridwan memaparkan, tingginya jumlah penawaran yang masuk tersebut seiring dengan berbagai sentimen positif yang menyelimuti pasar obligasi. Selain itu, faktor likuiditas dalam negeri yang melimpah juga masih jadi faktor utama tingginya permintaan pada lelang.
Baca Juga: Pergerakan rupiah Rabu (1/9) akan dipengaruhi oleh data inflasi
“Pasca ditandatanganinya SKB 3 antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang berpengaruh pada penurunan target lelang SBN serta hasil simposium Jackson Hole yang direspon positif oleh pelaku pasar berdampak pada tingginya demand yang disampaikan investor pada lelang SUN hari ini,” kata Deni dalam siaran pers, Selasa (31/8).
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menerangkan, seluruh sentimen di atas menjadi sentimen positif bagi para pelaku pasar. Menurutnya, hasil SKB 3 mendapat respon positif seiring pemerintah optimistis bisa menurunkan tingkat defisit anggaran di bawah 3% pada 2023.
Selain itu, SKB 3 juga memastikan supply risk mengecil, tercermin dari target pada lelang kali ini yang hanya Rp 21 triliun. Artinya, kebijakan tersebut sudah diimplementasikan dan sesuai dengan panduan. Tak hanya itu, nilai tukar rupiah yang mampu stabil ke Rp 14.268 per dolar AS turut menjadi katalis positif.
“Sentimen tapering justru diterima secara positif, karena guidance yang sudah jelas sejak jauh hari. Tak hanya itu, kekhawatiran pasar soal tapering yang cepat berujung pada kenaikan suku bunga yang lebih cepat juga dibantah oleh Powell. Alhasil ketakutan kenaikan suku bunga saat ekonomi belum pulih pun memudar,” imbuh Dimas.
Baca Juga: Utang pemerintah naik menjadi Rp 6.570,17 triliun per akhir Juli 2021
Selain jumlah penawaran yang tinggi, pada lelang kali ini tercatat partisipasi investor asing juga meningkat dibandingkan dengan lelang sebelumnya, yaitu sebesar 19,2% dari total bids. Investor asing pun memburu seri FR0091 dan FR0092. Kedua seri ini menjadi seri yang paling diburu pada lelang kali ini dengan persentase 68,2% dari total incoming bids.
Dimas meyakini, faktor fundamental SBN yang solid yang tercermin dari real yield SBN yang masih sangat tinggi dibanding peers, selisih dengan US Treasury yang juga masih cukup tinggi jika dibandingkan secara historis menjadi faktor penting.
Menurut dia, investor asing memang hanya menunggu momentum yang pas untuk masuk. Alhasil, ketika seluruh faktor memang mendukung, investor asing pun menambah posisi mereka.
Baca Juga: Tertinggi tahun ini, penawaran lelang SUN mencapai Rp 116 triliun pada Selasa (31/8)
Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto juga mengamini asing memang hanya menunggu momentum. Apalagi, kondisi pandemi Covid-19 yang dianggap sebagai risiko dalam pemulihan ekonomi Indonesia dalam dua minggu terakhir sudah membaik, khususnya di Jakarta.
“Jika diperhatikan, walaupun memang ada outflow, tapi ketika ada sentimen perang dagang AS-China, lalu adanya pandemi, nyatanya masih ada dana asing sebesar Rp 900 triliun lebih yang tetap ada di Indonesia. Ini mengindikasikan secara jangka panjang investor asing yakin terhadap prospek SBN, jadi ke depan akan mulai terlihat aliran dana investor asing bertambah,” ujar Ramdhan.
Terkait seri FR0091 menjadi incaran utama para peserta lelang SBN hari ini, Ramdhan menyebut seri tersebut jadi incaran karena akan menjadi seri benchmark pada tahun depan. Seri benchmark akan memiliki likuiditas yang tinggi, sehingga wajar menjadi incaran para peserta.
Adapun, seri FR0091 yang jatuh tempo pada 15 Februari 2032 mendapatkan nilai penawaran mencapai Rp 45,17 triliun. Pemerintah memutuskan hanya menyerap Rp 5,05 triliun dengan yield rata-rata yang dimenangkan 5,99%.
Baca Juga: Posisi utang naik, ini 4 jurus yang dilakukan pemerintah menjaga target risiko
Namun, Ramdhan bilang, yang menarik adalah juga tingginya minat investor terhadap seri FR0092 yang jatuh tempo pada 15 April 2042 mendatang. Jumlah penawaran yang masuk pada seri ini mencapai Rp 33,98 triliun. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 7,35 triliun atau paling banyak dibanding seri lain, dengan yield rata-rata yang dimenangkan 6,75%.
Menurut Ramdhan, keputusan pemerintah lebih banyak memenangkan seri FR0092 merupakan langkah reprofiling utang. Hanya saja, tingginya minat pada seri ini tidak terlepas dari tumbuhnya industri asuransi selama pandemi. Alhasil, dana asuransi ditempatkan di seri menengah panjang untuk mengoptimalkan yield sekaligus memiliki tingkat risiko volatilitas yang rendah.
Sementara Dimas juga tak menampik adanya pertumbuhan dari kelompok dana asuransi, namun, ia juga melihat seri FR0092 merupakan salah satu seri yang memiliki penurunan yield paling tinggi di pasar sekunder.
“Selain itu, disinyalir, seri ini juga jadi yang paling diminati investor ritel karena seri FR0092 diperkirakan bisa memiliki average yield yang relatif rendah terhadap tenor lainnya, seperti seri FR0088 dan FR0089 yang juga jadi incaran investor ritel,” tutup Dimas.
Baca Juga: CDS Indonesia turun ke level terendah sejak Februari 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News