kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah masih kesulitan lelang SUN


Rabu, 31 Maret 2021 / 08:35 WIB
Pemerintah masih kesulitan lelang SUN


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (30/3). Ada 7 seri yang ditawarkan pemerintah dalam lelang SUN kali ini.

Dari lelang kali ini, pemerintah mengalami penurunan peminat lelang, bahkan menurut Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, penurunan ini merupakan yang terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Di lelang ini, pemerintah hanya mendapatkan penawaran sebanyak Rp 33,95 triliun, dibandingkan lelang sebelumnya pada Selasa (16/3) yang mana pemerintah mendapatkan penawaran sebanyak Rp 40 triliun. Sedangkan untuk penyerapan pemerintah hanya menyerap Rp 4,75 triliun, padahal target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 30 triliun.

Baca Juga: Sepi peminat, penawaran pada lelang SUN hari ini (30/3) hanya Rp 33,95 triliun

Dari penawaran yang masuk, seri FR0083 menjadi seri yang paling banyak diminati, dengan jumlah penawaran Rp 9,926 triliun yang jatuh tempo pada 15 April 2040. Seri ini juga yang paling banyak dimenangkan dengan total Rp 1,4 triliun.

Dibandingkan lelang SUN sebelumnya, seri FR0087 yang jatuh tempo pada 15 Februari 2031 merupakan yang paling banyak diminati dengan penawaran masuk mencapai Rp 12,93 triliun. Seri ini juga yang paling banyak dimenangkan dengan total Rp 7,25 triliun.

Tren sulitnya pemerintah menjual obligasi saat ini menurut Ramdhan, dikarenakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia saat ini untuk investor asing turun bahkan saat ini berada di bawah 30%.

Selain itu, meningkatnya pasar surat berharga global yang dipengaruhi meningkatkan US Treasury membuat magnet pasar berada di AS dibanding Indonesia, ini mempengaruhi pasar Indonesia, karena pengaruh suku bunga global.

“Kita terpengaruh, asing terlambat masuk sini, kondisi seperti ini membuat investor masuk ke US market, yang pertama likuiditas di sana lebih tinggi, dan ini saya melihat stimulus yang digelontorkan dari bulan lalu, akan memacu pertumbuhan ekonomi di sana dan itu akan berdampak membuat pasar AS lebih menarik. Emerging market melemah, bagi investor domestik ini juga meningkatkan kekhawatiran suku bunga global berubah, dan emerging market masih berubah mengikuti UST, dengan itu pasar kita akan tertekam, terbukti lelang kita akan turun, likuiditas secondary market turun, likuiditas turun, dan itu menekan harga kita, yield akan naik lagi,” kata Ramdhan

Turunnya perminatan lelang ini menurut Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana, merupakan dampak dari risiko-risiko di domestik dan juga global. Untuk global sendiri, Fikri menilai bahwa peningkatan US Treasury, risiko politik terkait boikot barang AS, risiko gagal bayar sekuritas yang menyeret Credit Suisse dan Nomura, dan lockdown di Eropa.

Baca Juga: Pemerintah kembali menawarkan enam seri sukuk pada lelang Selasa (6/4) pekan depan

“Sedangkan dari domestik, yield SUN meningkat, sehingga mereka memilih pasar sekunder dibanding pasar primer, wait and see dari investor, dan kemungkinan pemulihan ekonomi lebih panjang karena adanya pembatasan mudik lebaran,” kata Fikri kepada Kontan.co.id Selasa (30/3).

Ramdhan juga menambahkan, kondisi saat ini memang tingkat kehati-hatian investor tinggi, karena memang eksternal faktor apalagi 1-2 hari ini pasar cukup tertekan. Secara umum yield UST yang naik ini mempengaruhi emerging market seperti Indonesia.

Ia juga menambahkan dengan dollar AS yang menjadi safe haven, terutama dari perusahaan investing akan membuat dolar AS lebih menarik. Banyak investor global yang mengamankan asetnya ke dolar AS atau uang tunai. Untuk investor sendiri ia menilai bahwa investor asing masih akan lambat, karena faktor di AS yang lebih menarik untuk saat ini.

Menurut Fikri, untuk jangka pendek atau sampai akhir lebaran, pasar obligasi Indonesia masih berada di fase konsolidasi arah pergerakannya seperti apa. Untuk pasar global mereka melihat UST dan stabilitas dari rupiah, apabila rupiah terhaga kemungkinan asing akan masuk dalam waktu dekat.

“Kalau investor domestik yield SUN disamping dengan kebijakan pemerintah untuk pengeluaran konsumsi. Seperti pemerintah membatasi pergerakan manusia di fase lebaran, akan menghambat recovery ekonomi, recovery terhambat, tentunya fiskal juga akan terhambat, sehingga risiko dari source rasio pemerintah terjaga, bisa dari penerbitan ditambah dalam bentuk yang lain, atau mungkin global bond. Pemasukan pemerintah dari pendapatan fiskal lain, atau mungkin pajak baru yang bisa ditambahkan,” kata Fikri.

Baca Juga: Penawaran masuk lelang SBN Selasa (30/3) diperkirakan akan menyentuh Rp 50 triliun

Dari lelang kali ini yang paling banyak diburu adalah seri FR0083 dengan tanggal jatuh tempo 15 April 2040, Fikri melihat bahwa investor memanfaatkan kupon yang lebih tinggi. Dari tingkat kupon pada lelang ini, seri FR0083 kuponnya berada di 7,5%, dan merupakan yang tertinggi dibandingkan yang lainnya.

“Investor mencari kupon paling tinggi, tetapi dari jumlah penyerapan yang dilihat, yang dimenangkan juga cukup sedikit, artinya yang dimenangkan lebih yang ke kompetitif, bidder juga banyak yang meminta yang non-kompetitif, sehingga memperlihatkan yield SUN ditinggikan agar pasar lebih semarak lagi. Tapi risikonya dengan ditinggikan maka daya bayar pemerintah akan relatif lebih meningkat lagi, kemampuannya lebih turun. Maka pemerintah lebih memilih fokus greenshoe atau tambahan lelang untuk besok,” pungkas Fikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×