Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
“Kita terpengaruh, asing terlambat masuk sini, kondisi seperti ini membuat investor masuk ke US market, yang pertama likuiditas di sana lebih tinggi, dan ini saya melihat stimulus yang digelontorkan dari bulan lalu, akan memacu pertumbuhan ekonomi di sana dan itu akan berdampak membuat pasar AS lebih menarik. Emerging market melemah, bagi investor domestik ini juga meningkatkan kekhawatiran suku bunga global berubah, dan emerging market masih berubah mengikuti UST, dengan itu pasar kita akan tertekam, terbukti lelang kita akan turun, likuiditas secondary market turun, likuiditas turun, dan itu menekan harga kita, yield akan naik lagi,” kata Ramdhan
Turunnya perminatan lelang ini menurut Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana, merupakan dampak dari risiko-risiko di domestik dan juga global. Untuk global sendiri, Fikri menilai bahwa peningkatan US Treasury, risiko politik terkait boikot barang AS, risiko gagal bayar sekuritas yang menyeret Credit Suisse dan Nomura, dan lockdown di Eropa.
Baca Juga: Pemerintah kembali menawarkan enam seri sukuk pada lelang Selasa (6/4) pekan depan
“Sedangkan dari domestik, yield SUN meningkat, sehingga mereka memilih pasar sekunder dibanding pasar primer, wait and see dari investor, dan kemungkinan pemulihan ekonomi lebih panjang karena adanya pembatasan mudik lebaran,” kata Fikri kepada Kontan.co.id Selasa (30/3).
Ramdhan juga menambahkan, kondisi saat ini memang tingkat kehati-hatian investor tinggi, karena memang eksternal faktor apalagi 1-2 hari ini pasar cukup tertekan. Secara umum yield UST yang naik ini mempengaruhi emerging market seperti Indonesia.
Ia juga menambahkan dengan dollar AS yang menjadi safe haven, terutama dari perusahaan investing akan membuat dolar AS lebih menarik. Banyak investor global yang mengamankan asetnya ke dolar AS atau uang tunai. Untuk investor sendiri ia menilai bahwa investor asing masih akan lambat, karena faktor di AS yang lebih menarik untuk saat ini.
Menurut Fikri, untuk jangka pendek atau sampai akhir lebaran, pasar obligasi Indonesia masih berada di fase konsolidasi arah pergerakannya seperti apa. Untuk pasar global mereka melihat UST dan stabilitas dari rupiah, apabila rupiah terhaga kemungkinan asing akan masuk dalam waktu dekat.