Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Mekanisme penjaringan dana yang dilakukan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berubah total. Perubahan ini berdampak cukup signifikan.
Pertama dari segi nilai. Pada rencana sebelumnya, BUMI berniat menerbitkan saham seri B tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non HMETD) sebanyak 13,66 miliar atau 65,78% di harga Rp 425 per saham. Sehingga total potensi dana mencapai Rp 5,8 triliun.
Harga nominal saham baru seri B itu dibanderol Rp 200 per saham. Investor strategisnya adalah para kreditur BUMI, terutama China Investment Corporation (CIC). Nah, di pengumuman terakhir manajemen BUMI, perusahaan batubara milik Grup Bakrie ini mengubah metode pendanaan menjadi rights issue.
Jumlah saham yang ditawarkan maksimal 25,17 miliar saham seri B. Harga pelaksanaan dan harga nominal sahamnya diturunkan. Masing-masing di harga Rp 250 per saham dan Rp 100 per saham. Aksi korporasi ini memiliki efek dilusi 55,75%.
Belum jelas siapa yang akan menjadi pembeli siaga. Salah satu investor ritel BUMI yang enggan dikemukakan identitasnya mengaku, ia serbasalah. "Eksekusi salah, tidak juga salah," ujarnya, Rabu (7/5).
Pasalnya, ia memiliki posisi yang cukup besar di saham BUMI ini. Informasi saja, komposisi pemilik saham BUMI saat ini terdiri dari Grup Bakrie yang porsinya mencapai 29,18% dan publik sebanyak 70,82%.
Kepemilikan saham Grup Bakrie diwakili oleh dua pihak, yakni Credit Suisse AG SG Branch S/A CSAGSING-LHH (LHHL-130M) 2023334064 dan Raiffeisen Bank International AG, Singapore Branch S/A Long Haul Holdings Ltd. Masing-masing menguasai 23,09% dan 6,09%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News