kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembangkit listrik Jepang sulit angkat batubara


Kamis, 21 Januari 2016 / 19:23 WIB
Pembangkit listrik Jepang sulit angkat batubara


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Di saat negara – negara maju mulai mengurangi konsumsi batubara, Jepang masih akan menambah pembangkit listrik tenaga batubara meski disertai kritik dari aktivis pecinta lingkungan. Sayangnya, potensi kenaikan permintaan batubara dari Jepang dinilai sulit mengangkat harga.

Mengutip Bloomberg, Rabu (20/1) harga batubara kontrak pengiriman Maret 2016 di ICE Future Exchange naik tipis 0,01% ke level US$ 48,7 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Untuk sepekan terakhir, harga batubara menanjak 1,5%.

IHI corp., produsen alat berat dari Jepang mempromosikan metode untuk menaikkan energi dengan memasukkan pelet kayu pada pembangkit batubara. Dengan metode ini, maka pembangkit listrik dapat menghasilkan energi biomassa lebih besar. Ini menunjukkan bahwa perusahaan di Jepang masih akan terus meningkatkan energi dari pembangkit listrik batubara.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo menilai, apa yang dilakukan IHI Corp dengan membangun pabrik pengolahan batubara saat ini adalah gambaran kurang komitmennya Jepang dalam meratifikasi kesepakatan pengurangan emisi karbon, terutama di negara – negara maju. “Hal ini terjadi terutama setelah insiden pembangkit nuklir sehingga Jepang mengalami kesulitan untuk memiliki pilihan pembangkit listrik,” ujarnya.

Bahkan, dana untuk pembangunan pembangkit listrik oleh IHI dibantu oleh Kementerian Lingkungan Jepang. Lebih jauh, Jepang merencanakan pembangunan 41 pembangkit listrik baru dalam satu dekade ke depan. “Sepertinya Jepang memiliki kebijakan pengendalian emisi karbon dengan mengganti pembangkit lama dengan yang baru dan berteknologi lebih tinggi,” lanjut Guntur.

Negara – negara berkembang terutama di Asia memang masih mengandalkan batubara sebagai sumber energi murah. Korea Selatan juga berencana untuk membangun 20 pembangkit listrik tenaga batubara hingga tahun 2021.

Meski demikian, secara umum Guntur memprediksi permintaan masih akan lemah karena aktivitas ekonomi global yang meredup. Di samping itu, barang subsitusi batubara seperti gas maupun energi terbarukan semakin murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×