kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harapan terhadap batubara datang dari Asia


Rabu, 13 Januari 2016 / 20:47 WIB
Harapan terhadap batubara datang dari Asia


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Potensi kenaikan permintaan batubara dari Asia menjadi harapan di tengah perlawanan terhadap pemanasan global. Namun, analis masih ragu harga batubara dapat kembali menguat.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/1) harga batubara kontrak pengiriman Maret 2016 di ICE Future Exchange tergerus 2,21% ke level US$ 48,55 per metrik ton sekaligus level terendah dalam lima tahun terakhir. Sepekan, batubara anjlok 3,38%.

Di tengah prospek yang suram, perusahaan batubara asal negeri kanguru, Australia Pacific Coal Ltd masih optimistis untuk kembali masuk ke industri batubara. Pasar Asia termasuk India masih akan membutuhkan batubara di masa depan, meski sebagian negara di dunia telah beralih pada gas alam, angin hingga tenaga surya.

Menurut International Energy Agency, Australia diprediksi akan menyalip Indonesia dan menempati posisi sebagai eksportir batubara terbesar di dunia.

Konsultan CRU Group memperkirakan, India, Malaysia dan Vietnam akan mendorong permintaan batubara Australia di saat permintaan dari China melambat. India memang telah menggenjot produksi batubara dalam negeri. Namun, pada tahun 2020 produksi batubara India diprediksi hanya akan mencapai 810 juta metrik ton atau lebih kecil dari target pemerintah sebesar 1,5 juta ton.

“Target pemerintah India untuk meningkatkan produksi domestic adalah ambisi yang valid, tetapi jangka waktunya membuat target menjadi tidak realistis,” ujar Matthew Boyle, konsultan utama CRU yang berbasis di Sydney, seperti dikutip Bloomberg.

India merupakan produsen batubara terbesar ketiga di dunia. Menurut CRU, cadangan batubara India berada jauh di dalam hutan. Sementara rel yang digunakan untuk membawa keluar mengalami kemacetan dan sulit diperbaiki hingga tahun 2020.

Sementara mayoritas pembangkit listrik di India dibangun di dekat pantai serta memiliki pelabuhan bongkar muat. Ini membuka peluang peningkatan impor dari negara produsen termasuk Indonesia, Australia, Afrika Selatan, dan Rusia.

Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures mengatakan, kenaikan permintaan batubara tak lantas membuat harga bergerak naik. Pasalnya, isu lingkungan masih begitu lekat membayangi pergerakan harga.

Meski ada kenaikan permintaan dari Asia, negara – negara di Eropa dan Amerika Serikat mulai enggan menggunakan batubara dan mengganti dengan gas alam, angin hingga tenaga surya. Belum lagi tren penurunan harga komoditas yang diprediksi akan terus berlanjut di tahun 2016.

Harga minyak yang terus melemah hingga kenaikan dollar AS akibat potensi naiknya suku bunga The Fed menjadi beban tambahan bagi harga batubara. “Belum ada yang berubah dari prospek batubara, yakni masih melemah,” ujar Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×