kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batubara sulit kembali ke US$ 60 per metrik ton


Rabu, 13 Januari 2016 / 21:15 WIB
Batubara sulit kembali ke US$ 60 per metrik ton


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga batubara terus mencatat rekor terendah. Peluang kenaikan harga kian tipis meski permintaan dari Asia masih tumbuh.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/1) harga batubara kontrak pengiriman Maret 2016 di ICE Future Exchange tergerus 2,21% ke level US$ 48,55 per metrik ton sekaligus level terendah dalam lima tahun terakhir. Sepekan, batubara anjlok 3,38%.

Pengamat Komoditas, Deddy Yusuf Siregar melihat banyak tantangan yang akan dihadapi batubara di tahun 2016. China sebagai konsumen terbesar berencana mengurangi penggunaan batubara sebagai sumber energy hingga 2%.

Ini merupakan kelanjutan dari program pengurangan konsumsi batubara yang telah dimulai sejak tahun 2014. “Sebagai substitusi, pemerintah China menambah porsi pembangkit listrik dari tenaga angin dan matahari,” tuturnya.

Di samping itu, pemerintah negeri Tiongkok juga tidak akan memberi izin pembukaan tambang batubara baru hingga 3 tahun ke depan.

Sedangkan pemerintah India mengeluarkan kebijakan untuk mengoptimalkan potensi batubara dalam negeri , tidak hanya dari produksi perusahaan milik negara namun juga swasta. Untuk itu, banyak penambang batubara India yang akhirnya mengurangi investasi penambangan di luar negeri agar dapat fokus menggarap tambang dalam negeri.

“Selama ini hanya perusahaan pemerintah yang boleh mengembangkan industri batubara,” ujar Deddy. Dengan kebijakan tersebut, Deddy menduga produksi batubara India akan mencapai target pemerintah.

Tahun ini, Deddy melihat batubara dalam kondisi bearish. Ekspor batubara Indonesia ke China diprediksi akan turun hingga 20 juta ton. “Mungkin tiga hingga enam tahun lagi permintaan baru akan pulih,” lanjutnya. Meski Korea Selatan dikabarkan akan menambah impor batubara, namun efeknya tidak akan signifikan.

Tantangan terbesar industri batubara saat ini adalah isu pencemaran lingkungan. Selama industri batubara belum mampu menjadi industri ramah lingkungan, maka prospeknya akan tetap tertekan.“Bila ini belum bisa terwujud, batubara akan suram seperti warnanya yang hitam,” imbuhnya.

Deddy memprediksi harga batubara belum akan mampu kembali ke level US$ 60 per metrik ton meski ada peningkatan impor dari negara konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×