kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Semen Indonesia (SMGR) siap bersaing dengan pemain baru


Selasa, 30 Juli 2019 / 15:52 WIB
Semen Indonesia (SMGR) siap bersaing dengan pemain baru


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR, anggota indeks Kompas100) siap bersaing dengan datangnya pemain baru dalam industri semen Indonesia. GM of Corporate Communication Sigit Wahono mengatakan pihaknya siap dengan kompetisi yang terjadi di pasar.

Sigit bilang beberapa pabrik semen pendatang baru itu sudah mulai membangun dan mengoperasikan pabrik. Ia menyebut, segmen Indonesia kawasan Timur menjadi sasaran para pemain baru tersebut.

Baca Juga: Tahun ini Mega Manunggal Property (MMLP) bersiap menambah gudang baru

Hal itu terbukti dengan pembangunan beberapa pabrik di kawasan Indonesia Timur. “Ada satu pabrik dengan kapasitas empat juta ton di Sulawesi, satu pabrik dengan kapasitas tiga juta ton di Papua, dan satu pabrik dengan kapasitas satu setengah juta ton di Kalimantan Selatan,” ungkap Sigit.

Meski begitu, beberapa produk semen itu juga beredar di Jawa.

Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) mencetak kinerja mengilap di semester I

Riset Kontan menemukan beberapa pemain baru itu menjual semen dengan margin cukup lumayan dibanding merk dari SMGR seperti Semen Gresik dan Holcim.

Harga jual merk Semen Gresik di pasaran adalah Rp 50.500 untuk ukuran 40 kilogram dan Rp 61.000 untuk ukuran 50 kilogram. Sedangkan untuk merk Holcim harganya sebesar Rp 52.000 untuk ukuran 40 kilogram dan Rp 64.500 untuk ukuran 50 kilogram.

Di satu sisi, produk semen baru seperti Semen Conch mematok Rp 34.000 untuk ukuran 40 kilogram dan Rp 43.000 untuk ukuran 50 kilogram. Pabrikan lain seperti Semen Haohan juga hanya mematok Rp 43.500 untuk ukuran 50 kilogram.

Baca Juga: Meski Harga Saham Spindo (ISSP) Sudah Melejit, Valuasinya Masih Murah

Meski begitu Sigit tak memungkiri datangnya pemain baru juga memengaruhi penjualan semen mereka. Namun ia menganggap hal itu wajar dalam dinamika pasar.

Asal tahu, sepanjang semester I 2019, penjualan SMGR tertekan sebesar 5,14%. Volume penjualan SMGR pada periode tersebut sebesar 11,2 juta ton. Angka itu lebih tipis dari realisasi semester satu tahun 2018 yang sebesar 11,8 juta ton.

Baca Juga: Pendapatan Supra Boga Lestari (RANC) naik tipis

Pun dengan SMCB. Pabrikan yang dulu dikenal dengan merk Holcim itu mencatat penurunan penjualan tipis sebesar 2,3% yakni sebesar 4,46 juta ton. Sedangkan pada tahun lalu, SMCB sendiri mencatat penjualan sebesar 4,55 juta.

Sigit mengaku pihaknya tidak akan terpancing oleh perang harga tersebut. Menurutnya hal itu wajar dilakukan oleh pemain baru yang sedang mencari pasar.

Walau begitu Sigit berharap pemerintah juga memberikan aturan yang jelas bagaimana pabrikan semen baru beroperasi. “Supaya lebih fair,” jelasnya.

Baca Juga: Pendapatan Mandom Indonesia (TCID) naik tipis hingga Juni lalu

Isu yang beredar, beberapa pabrikan baru ditengarai belum memberlakukan perjanjian kerja bersama (PKB) untuk para pegawainya.

Saat ini, Sigit menyebut pihaknya lebih memilih untuk terus fokus melanjutkan konsolidasi dan sinergi antar anak perusahaan. Terutama pasca SMGR mengakuisisi Holcim yang sekarang telah berganti nama Solusi Bangun Indonesia (SBI).

Selain itu, pihaknya juga akan fokus pada produk-produk “turunan” atau produk yang diserap oleh industri lain. Produk-produk itu diantaranya adalah produk semen mortar, beton, dan precast.

Saat ini mortar disebutnya masih dikuasai oleh pemain lain. “Sebelum diakuisisi SBI adalah salah satu pemain di produk mortar. Setelah konsolidasi kita harapkan kinerjanya bisa lebih baik,” jelasnya.

Baca Juga: Jasa Marga masih percaya diri dapat meningkatkan pendapatan di lini bisnis jalan tol

Sigit juga memaparkan bahwa pihaknya akan mengecap ulang (rebranding) merk Holcim.

“Selama ini kita masih diberi waktu selama satu tahun saja untuk memakai merk itu. Di satu sisi masih ada biaya yang dikeluarkan untuk memakai brand Holcim,” terang Sigit.

Baca Juga: Laba bersih Astra Agro Lestari (AALI) anjlok 94% di semester I 2019

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×