Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi
Meski begitu Sigit tak memungkiri datangnya pemain baru juga memengaruhi penjualan semen mereka. Namun ia menganggap hal itu wajar dalam dinamika pasar.
Asal tahu, sepanjang semester I 2019, penjualan SMGR tertekan sebesar 5,14%. Volume penjualan SMGR pada periode tersebut sebesar 11,2 juta ton. Angka itu lebih tipis dari realisasi semester satu tahun 2018 yang sebesar 11,8 juta ton.
Baca Juga: Pendapatan Supra Boga Lestari (RANC) naik tipis
Pun dengan SMCB. Pabrikan yang dulu dikenal dengan merk Holcim itu mencatat penurunan penjualan tipis sebesar 2,3% yakni sebesar 4,46 juta ton. Sedangkan pada tahun lalu, SMCB sendiri mencatat penjualan sebesar 4,55 juta.
Sigit mengaku pihaknya tidak akan terpancing oleh perang harga tersebut. Menurutnya hal itu wajar dilakukan oleh pemain baru yang sedang mencari pasar.
Walau begitu Sigit berharap pemerintah juga memberikan aturan yang jelas bagaimana pabrikan semen baru beroperasi. “Supaya lebih fair,” jelasnya.
Baca Juga: Pendapatan Mandom Indonesia (TCID) naik tipis hingga Juni lalu
Isu yang beredar, beberapa pabrikan baru ditengarai belum memberlakukan perjanjian kerja bersama (PKB) untuk para pegawainya.
Saat ini, Sigit menyebut pihaknya lebih memilih untuk terus fokus melanjutkan konsolidasi dan sinergi antar anak perusahaan. Terutama pasca SMGR mengakuisisi Holcim yang sekarang telah berganti nama Solusi Bangun Indonesia (SBI).