Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Peringkat tersebut mencerminkan pandangan Pefindo mengenai posisi terdepan TPIA di industri petrokimia dalam negeri yang didukung oleh sinergi dengan partner strategis, operasi yang terintegrasi secara vertikal dengan fasilitas pendukung yang memadai, dan likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang kuat.
"Namun, sensitivitas terhadap siklus industri dan risiko terhadap volatilitas marjin antara biaya bahan baku dengan harga produk petrokimia, serta risiko yang terkait dengan ekspansi fasilitas petrokimia, dan perlindungan arus kas yang memadai membatasi peringkat perusahaan," tulis Pefindo.
Peringkat dapat diturunkan apabila ada penurunan secara berkelanjutan dalam profil keuangan karena profitabilitas yang lebih lemah dari perkiraan sebagai akibat dari pengetatan antara biaya bahan baku dan harga produk petrokimia yang berkepanjangan dan/atau penarikan utang yang lebih tinggi dari yang diproyeksikan.
Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) pangkas capex jadi US$ 185 juta
Di sisi lain, Pefindo dapat merevisi peringkat menjadi stabil apabila TPIA dapat memperbaiki profil keuangan karena marjin yang lebih baik antara biaya bahan baku dengan harga produk petrokimia sebagaimana tercermin dari rasio utang bersih terhadap Ebitda maksimum 2,5x dan rasio FFO terhadap utang minimum 20% secara berkelanjutan dengan masih menjaga tingkat utilisasi yang optimal. Pefindo juga menekankan bahwa di dalam skenario pemeringkatan, belum memperhitungkan tambahan belanja modal yang didanai melalui utang untuk pembangunan konstruksi naphtha cracker kedua TPIA karena masih belum terdapat keputusan investasi final.
TPIA merupakan produsen petrokimia yang beroperasi secara terintegrasi, menyediakan olefina, poliolefina, monomer stirena, dan butadiena. TPIA memiliki satu-satunya naphtha cracker dan fasilitas produksi monomer stirena dan butadiena di dalam negeri. Naphtha cracker milik Chandra Asri memiliki kapasitas produksi 2,138 kilo ton per tahun (KTA), fasilitas produksi polietilena dengan kapasitas 736 KTA, fasilitas produksi monomer stirena dengan kapasitas 340 KTA, fasilitas produksi polipropilena dengan kapasitas 590 KTA, dan fasilitas produksi butadiena dengan kapasitas 137 KTA.
Pada tanggal 31 Desember 2019, TPIA dimiliki oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 41,9%, SCG Chemicals Co. Ltd. 30,6%, Prajogo Pangestu 14,8%, Marigold Resources Pte. Ltd. 4,8%, dan publik 7,9%.
Baca Juga: Pelaksanaan rights issue Chandra Asri (TPIA) akan menyeesuaikan proyek CAP II
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News