Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi
Selaras dengan hal ini, Financial Expert Ajaib, I Nyoman Bagus Panji Yudha Kusuma menyampaikan, pada awal pekan lalu, Bitcoin tergelincir di bawah US$ 40.000, turun 20% dari puncaknya, hingga mencapai sekitar US$ 38.600 pada perdagangan Selasa (23/1).
Nyoman mengatakan, penurunan Bitcoin terjadi setelah sempat mencapai level tertinggi US$ 48.983 di hari pertama kalinya ETF Bitcoin spot dapat diperdagangkan di Amerika Serikat (AS) pada 11 Januari 2024 setelah disetujui oleh regulator setempat pada 10 Januari 2024.
“Namun, sepanjang akhir pekan Bitcoin (BTC) telah rebound dari MA-100 hingga naik ke MA-50 di level US$ 42.840 pada Minggu (28/1),” kata Nyoman kepada Kontan.co.id, Senin (29/1).
Dia menilai, penurunan yang terjadi pada awal pekan lalu disebabkan oleh aksi sell the news dan reaksi ambil untung (profit taking) oleh sebagian besar investor. Investor telah melakukan akumulasi Bitcoin ketika berita terkait Blackrock yang mengajukan ETF muncul pada Juni 2023.
“Selain itu, pada hari Senin (22/1), Investor Gyrscale telah menjual Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) senilai lebih dari $2 miliar sejak diubah menjadi ETF awal bulan ini,” kata dia.
Baca Juga: Pasar Kripto Panik, Harga Bitcoin Anjlok 20% Usai ETF Bitcoin Disetujui
Nyoman mengatakan, bahwa sebagian besar dari jumlah tersebut adalah harta kebangkrutan FTX yang melepas 22 juta saham senilai sekitar US$ 1 miliar juga menjadi salah satu penyebab penurunan Bitcoin awal pekan lalu.
Namun demikian, pada pekan ini, kata Nyoman pasar kripto cenderung akan wait and see karena bertepatan dengan investor yang menantikan hasil keputusan suku bunga acuan pada pertemuan FOMC yang akan berlangsung pada 30-31 Januari 2024. Pelaku pasar berekspektasi jika The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5,25% hingga 5,5% pada pertemuan mendatang.
Adapun, pelaku pasar juga akan mencermati perkiraan the Fed bisa memangkas suku bunga acuannya. Menurutnya, secara teknikal, penurunan Bitcoin berpotensi terjadi dan menuju ke level US$ 35.000 apabila tidak mampu bertahan di area support terdekat saat ini di $38.000.
“Jika kokoh bertahan di atas US$ 38.000 maka potensi naik ke area resistance terdekat berada di level US$ 45.500 dan selanjutnya di US$ 48.000,” kata dia.
Sementara untuk prediksi beberapa bulan ke depan, dia mengatakan bahwa Bitcoin halving keempat akan terjadi pada April 2024. Saat ini pergerakan Bitcoin berpotensi masuk ke fase atau siklus menjelang Bitcoin halving yang bisa disebut dengan Pre-Halving Period di mana penurunan yang biasanya terjadi menjelang sekitar 90 hari menuju Bitcoin Halving.