Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Surat utang dollar PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mendapat respons positif dari investor. Obligasi senilai US$ 200 juta, bertenor lima tahun itu mengalami kelebihan permintaan sebanyak 2 kali.
Presiden Direktur SRIL, Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, obligasi itu diserap lebih dari 60 investor. Sebesar 62% ditawarkan ke investor di Eropa dan Amerika Serikat, dan 38% dijual di Asia.
Berdasarkan jenis investor, 82% dari pembeli merupakan manajer investasi, 13% diserap private banks, dan sisanya diserap investor lain. "Ini mencerminkan kepercayaan investor atas pertumbuhan kinerja perseroan," ujarnya, Selasa (22/4).
Obligasi itu mematok kupon 9% per tahun serta mendapat peringkat B1 dari Moody's dan BB- dari S&P. Perseroan dibantu oleh Barclays sebagai penjamin emisi tunggal dan penasihat peringkat tunggal dalam transaksi ini.
SRIL sejatinya mendapat restu menerbitkan notes sebanyak-banyaknya US$ 350 juta. Sebesar 60% dari penerbitan obligasi itu akan digunakan untuk refinancing utang.
Memang, ada beberapa utang SRIL yang bakal jatuh tempo dalam waktu dekat. Salah satunya adalah, utang senilai Rp 254,75 miliar kepada BRI dengan suku bunga 9% dan akan jatuh tempo pada 31 Desember 2014.
Selain untuk refinancing utang, sisa porsi perolehan obligasi global tersebut bakal dialokasikan untuk ekspansi. Setidaknya, emiten tekstil ini butuh biaya ekspansi senilai Rp 2,4 triliun. Namun sebesar Rp 1,5 triliun telah ditutup dari dana hasil IPO SRIL pertengahan tahun lalu.
SRIL nantinya akan menggunakan dana tersebut untuk ekspansi divisi pemintalan benang (spinning) dan garmen. Saat ini, kapasitas produksi spinning Sritex sebanyak 353.000 bales per tahun.
Sementara kapasitas produksi garmen sebanyak 8,2 juta unit per tahun. Ekspansi baru tersebut bakal menambah kapasitas produksi spinning dan garmen sebanyak 287.000 bales dan 8 juta unit per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News