Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penerbitan surat utang membanjir di awal tahun. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi korporasi sepanjang tahun mencapai Rp 4,77 triliun atau lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 600 miliar.
Yang terbaru, pencatatan obligasi berkelanjutan I tahap II Bank OCBC NISP senilai Rp 3 triliun, Rabu (11/2). Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, surat utang ini diterbitkan dalam tiga seri. Yakni, seri A dicatatkan dengan kode obligasi NISP01ACV2 senilai Rp 1,09 triliun.
Seri ini ditawarkan dengan tingkat bunga tetap 9% per tahun dengan jangka waktu satu tahun. Adapun masa jatuh tempo pada 20 Februari 2016.
Kemudian, seri B dengan kode NISP01BCN2 senilai Rp 670 miliar. Seri ini ditetapkan dengan kupon 9,4% per tahun dengan tenor dua tahun. Adapun masa jatuh tempo seri ini pada 10 Februari 2017.
Seri C dengan kode obligasi NISP01CCN2 diterbitkan senilai Rp 1,23 triliun. Surat utang ini diterbitkan dengan kupon 9,8% dengan tenor tiga tahun dan jaruh tempo 10 Februari 2018.
Ketiga seri obligasi tersebut akan melakukan pembayaran bunga secara tiga bulanan. Untuk pembayaran bunga pertama akan dilakukan 10 Mei 2015. Penerbitan surat utang ini telah menggenggam peringkat AAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan AAA dari PT Fitch Rating Indonesia.
Analis obligasi Millenium Danatama Desmon Silitonga mengatakan banyaknya penerbitan obligasi didorong oleh kondisi pasar yang lebih kondusif ketimbang tahun lalu. Yield surat utang negara (SUN) yang menjadi acuan penetapan kupon obligasi korporasi mengalami penurunan sepanjang tahun ini. Akibatnya, cost of fund yang harus ditanggung perusahaan penerbit menjadi berkurang.
"Disamping itu, banyak korporasi yang menunda penerbitan tahun lalu menjadi awal bulan ini karena kondisi pasar yang lebih baik," kata Desmon, Jakarta, Rabu (11/2).
Dia memprediksi penerbitan obligasi korporasi masih akan membanjir di semester I tahun ini. Pasalnya, dari total obligasi jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 34 triliun, mayoritas atau sebesar Rp 18,5 triliun berada di semester I. Total obligasi jatuh tempo didominasi oleh perusahaan sektor keuangan seperti multifinance dan perbankan. "Sehingga, kemungkinan besar ada penerbitan obligasi sebesar itu di semester I karena perusahaan melakukan refinancing," tutur Desmon.
Sepanjang tahun ini, penerbitan obligasi korporasi masih akan ramai sekitar Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun. Selain dipicu oleh lebih rendahnya cost of fund akibat penurunan yield SUN, banyaknya penerbitan obligasi juga didorong oleh tren laju inflasi yang melandai akibat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Kupon obligasi diprediksi semakin turun di semester II dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate. "Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan mengalami kenaikan sehingga menopang penerbitan obligasi," tutur Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News