Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kendati pasar surat utang tertekan, para analis menyarankan investor untuk membeli obligasi korporasi. Indeks obligasi pemerintah atau Inter Dealer Market Association (IDMA) pada Senin (7/9) yang turun 0,77% menjadi 93,58, level terendah sejak Maret 2014. Ketimbang posisi akhir tahun 2014, indeks sudah merosot 6,13%.
Analis obligasi BNI Securities I Made Adi Saputra menilai, instrumen obligasi korporasi dengan tenor tiga tahun hingga lima tahun menjadi pilihan paling menarik untuk dikoleksi saat ini. Sebab, imbal hasil obligasi korporasi lebih baik ketimbang Surat Utang Negara (SUN) yang tengah koreksi.
Dengan sifat obligasi korporasi yang kurang likuid, investor cenderung menggenggam instrumen tersebut hingga jatuh tempo alias hold to maturity. “Obligasi korporasi dari sektor konstruksi dan infrastruktur menarik. Telekomunikasi juga bagus,” tukasnya. Sebab, sektor tersebut akan tertopang serapan anggaran belanja pemerintah yang digenjot.
Obligasi korporasi dari sektor keuangan seperti perbankan dan perusahaan pembiayaan juga boleh dilirik. Meskipun penyaluran kredit sedang melambat, likuiditas surat utang dari emiten kedua sektor ini terbilang tinggi. Prospeknya juga masih cemerlang. Alasannya, di kala ekonomi dan daya beli masyarakat pulih, kedua sektor ini termasuk yang bangkit duluan.
Bukan berarti instrumen SUN boleh ditinggalkan. Made justru menyarankan para investor yang horizon investasinya jangka panjang untuk fokus berburu SUN bertempo lama dengan imbal hasil besar. “Dana pensiun dan asuransi jiwa bisa memperoleh yield tinggi dengan harga diskon. Misalnya SUN seri FR0054 dan FR0071,” paparnya.
Pada Selasa (8/9), harga SUN FR0054 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2031 tercatat 100,33 dengan yield 9,45%. Di saat yang sama, harga SUN FR0071 yang tenggat waktunya 15 Maret 2029 tercatat 97,523 dengan yield 9,326%.
Bagi investor yang ingin trading, saran Made, bisa menggeser portofolionya dari SUN tenor panjang ke SUN tenor pendek atau menengah. Sebab, di kala pasar obligasi tertekan, volatilitas SUN bertenor pendek lebih minim.
Menurut Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo, obligasi korporasi dengan rating investment grade minimal A serta yield yang lebih tinggi ketimbang suku bunga risk free patut dilirik. “Pilih obligasi sektor korporasi yang terkait dengan konsumsi domestik,” ujarnya. Tak lupa, investor wajib mencermati tenor dan rating instrumen tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News