kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Obligasi Jatuh Tempo pada Semester II-2023 Didominasi Rating AAA


Minggu, 13 Agustus 2023 / 20:33 WIB
Obligasi Jatuh Tempo pada Semester II-2023 Didominasi Rating AAA
ILUSTRASI. Gagal Bayar Dinilai Minim Lantaran Obligasi Jatuh Tempo di Semester II Didominasi Rating AAA


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat jumlah jatuh tempo obligasi korporasi di semester II mencapai Rp 74,79 triliun. Obligasi jatuh tempo mayoritas memiliki rating AAA.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, untuk jatuh tempo di sisa semester II 2023 berdasarkan peringkat paling dominan adalah peringkat AAA, A, dan AA. "Peringkat AAA total jatuh tempo 41%, peringkat A sebesar 29% dan AA sebesar 21%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/8).

Sementara obligasi lainnya yang akan jatuh tempo memiliki rating BBB sebesar 3%. Selanjutnya, lainnya yang termasuk surat utang tanpa peringkat sebesar 6%.

Baca Juga: Begini Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi di Semester II-2023

Dari nominal, peringkat AAA mencapai Rp 30,63 triliun. Lalu peringkat A sebesar Rp 21,68 triliun dan peringkat AA sebesar Rp 15,68 triliun. Adapun obligasi rating BBB sebesar Rp 2,31 triliun dan lainnya sebesar Rp 4,47 triliun.

Berdasarkan hal tersebut, Suhindarto menilai potensi gagal bayar obligasi di semester II ini terbilang minimal. Terlebih sampai dengan Juli 2023 hanya ada satu perusahaan, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).

Baca Juga: Ini Faktor yang Dapat Menghambat Penerbitan Obligasi Korporasi di Semester II-2023

Dengan pertumbuhan ekonomi makro Indonesia, Suhindarto menilai potensi gagal bayar terbilang minimal. Faktor lainnya, tingkat kupon yang kompetitif dibandingkan dengan pinjaman perbankan, khususnya untuk peringkat di A ke atas dibandingkan dengan bunga pinjaman modal kerja dan investasi bank.

"Kami berharap dengan kondisi perekonomian yang terus membaik, maka akan dapat mendorong kinerja perusahaan di Indonesia, sehingga risiko gagal bayar juga bisa terus diminimalkan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×