Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi diproyeksi membaik di tahun 2023. Meski begitu, nilai penerbitan obligasi korporasi masih akan berada di bawah tahun lalu.
Kepala Divisi Riset Ekonomi PEFINDO Suhindarto mengatakan, penerbitan surat utang korporasi akan tetap terjaga di semester II 2023. Adapun salah satu faktor pendorong dari angka jatuh tempo lebih tinggi, yang mana jatuh tempo di semester II-2023 sebesar Rp 75,49 triliun sementara di semester I-2023 sebesar Rp 51,40 triliun.
Faktor lainnya dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid sehingga mendorong permintaan terhadap barang dan jasa terjaga, tingkat kupon yang kompetitif dibandingkan dengan pinjaman perbankan, khususnya untuk peringkat di A (single-A) ke atas dibandingkan dengan bunga pinjaman modal kerja dan investasi bank.
Selain itu juga bisnis yang terjaga mendorong multifinance untuk meningkatkan akses ke pasar surat utang korporasi.
Meski begitu, Suhindarto masih akan memantau perkembangannya terlebih dahulu. "Sebab kalau dilihat nominal semester I nilai penerbitannya masih di bawah jatuh tempo, tetapi saat bulan Juli meningkat dan di atas jatuh tempo," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/8).
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi di Semester II-2023 Diproyeksi Lebih Ramai
Di sisi lain, juga terdapat sejumlah faktor pemberat. Pertama, lingkungan bunga tinggi terus bertahan, meningkatkan leverage keuangan, dan mendorong investor meminta premi yang lebih tinggi – membuat cost of fund menjadi lebih mahal.
Kedua, likuiditas perbankan masih ample, menurunkan kebutuhan untuk menerbitkan surat utang. Ketiga, strategi front loading 2022 mendorong perusahaan menerbitkan surat utang di tahun lalu untuk mendapatkan bunga rendah (terutama di semester I 2022), sehingga mengurangi insentif untuk menerbitkan di tahun ini.
Keempat, faktor wait and see menjelang periode Pemilu serentak yang semakin dekat dan ditambah melibatkan ketidakpastian tinggi karena tidak melibatkan incumbent, sehingga pasar menantikan kebijakan apa yang akan diambil, dan apakah melanjutkan program presiden sebelumnya atau tidak.
Kelima, siklus komoditas telah menuju akhir, mengurangi kebutuhan untuk menerbitkan surat utang.
Baca Juga: Jelang Pemilu, Penerbitan Obligasi Dinilai Akan Tertahan
Suhindarto memaparkan, pada Juli 2023 realisasi penerbitan surat utang korporasi nasional mencatatkan nilai yang begitu tinggi, yaitu sebesar Rp 29,12 triliun dari 24 perusahaan.
"Untuk sisa bulan Agustus hingga Desember, kami masih mengharapkan nilai penerbitan tidak jauh berbeda dari jatuh temponya, yaitu sekitar Rp 59,89 triliun," terangnya.
Meski penerbitan obligasi akan tertahan, ia menilai potensi gagal bayar masih terbilang kecil. Sepanjang tahun berjalan, hanya satu perusahaan yang mengalami gagal bayar, yaitu Waskita Karya (WSKT).
"Kami berharap dengan kondisi perekonomian yang terus membaik, maka akan dapat mendorong kinerja perusahaan di Indonesia sehingga risiko gagal bayar juga bisa terus diminimalkan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News