Reporter: Grace Olivia, RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu, yen cenderung anjlok terhadap mata uang utama dunia lainnya. Banyak sentimen negatif menekan kurs mata uang negeri matahari terbit ini.
Pertama, pekan lalu, Haruhiko Kuroda yang kembali terpilih sebagai Gubernur Bank of Japan (BoJ) untuk lima tahun ke depan menegaskan, BoJ tetap melakukan pembelian obligasi. Sebab, tingkat inflasi tahunan Jepang masih di 0,9%, jauh dari target BoJ, yakni sebesar 2%.
Kedua, rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membuat ketegangan di Semenanjung Korea redup. Pelaku pasar pun mulai beralih dari yen, yang merupakan safe haven.
Ketiga, isu perang dagang yang dipicu keputusan Presiden Trump memberlakukan tarif impor baja dan aluminium mulai mereda. "Yen juga sudah mulai overbought setelah reli belakangan ini," ujar Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono.
Tak heran, yen melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Jumat (9/3), pasangan kurs USD/JPY menguat 0,56% ke 106,82. Selain karena sentimen internal Jepang kurang oke, fundamental dollar AS juga membaik.
Rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga bulan ini membuat dollar AS menguat. Selain itu, meski tingkat pengangguran stabil di 4,1%, non-farm payroll AS naik dari 239.000 di Januari jadi 313.000 di Februari.
Alwi Asegaff, analis Global Kapital Investama Berjangka, menilai, yen berpotensi rebound hari ini. Membaiknya data ketenagakerjaan AS berpotensi membuat pasar melakukan aksi profit taking.
Euro juga menguat terhadap yen. Jumat lalu, EUR/JPY menanjak 0,51% menjadi 131,46. Euro menguat lantaran European Central Bank (ECB) memutuskan melanjutkan pengurangan pembelian aset, dari € 60 miliar jadi € 30 miliar per bulan, hingga September 2018. Pasar merespons positif rencana ini, karena sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di zona Eropa.
Yen juga merosot terhadap poundsterling. Pairing GBP/JPY naik 0,81% ke 147,924. Tapi GBP/JPY cenderung bergerak sideways. Posisi poundsterling pun tak sekuat mata uang utama lainnya yang punya fundamental ciamik.
GBP masih terpaku pada perkembangan proses negosiasi Inggris dan Uni Eropa terkait Brexit. Rencananya, kedua pihak ini kembali bertemu pada tengah bulan ini.
Tapi analis Monex Investindo Putu Agus Pransuamitra masih yakin, GBP kembali menguat hari ini dan berpotensi menembus level resistance baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News