Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell di pekan lalu (13 Juli 2020 - 17 Juli 2020). Mengutip data dari RTI Business, aksi jual bersih asing itu mencapai Rp 1,13 triliun.
Asing mencatatkan net sell di tengah IHSG yang cenderung menguat hingga 0,96% selama sepekan. Sekadar informasi, pada perdagangan Jumat (17/7) IHSG ditutup di level 5.079,585. Sementara, pada perdagangan Jumat minggu sebelumnya (10/7), IHSG ditutup di level 5.031,256.
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengamati, aksi jual bersih itu dilakukan investor asing yang berorientasi jangka pendek yang memanfaatkan momentum sentimen positif.
"Sehingga serapan dari investor domestik lebih optimal di harga yang cukup baik," jelas Aria pada Kontan.co.id, Sabtu (18/7). Adapun investor asing yang berorientasi jangka panjang masih bertahan di bursa.
Baca Juga: Jumlah IPO di BEI terbanyak se-ASEAN sepanjang semester pertama 2020
Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Okie Ardiastama menjelaskan, investor asing tetap mencatatkan net sell di tengah kondisi pasar dalam negeri yang diwarnai sentimen positif karena mereka cenderung menunggu dampak dari kebijakan fiskal dibanding kebijakan moneter.
Asal tahu saja, pekan lalu bursa terdongkrak sentimen positif dari pemangkasan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) Bank Indonesia (BI) menjadi 4%, dari sebelumnya 4,25%.
"Kebijakan moneter memang cukup berdampak pada stabilitas nilai tukar dan yield obligasi dalam beberapa bulan belakangan, namun belum mampu berdampak pada perekonomian riil," jelas Okie ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (18/7).
Menurut Okie, hal tersebut belum mampu meningkatkan kepercayaan diri investor untuk kembali masuk ke pasar modal. Sehingga, kenaikan IHSG yang didorong oleh kebijakan moneter itu hanya bersifat sementara saja.
Ia menambahkan, pelaku pasar menganggap industri dalam negeri belum mampu kembali pulih, walaupun akan lebih baik dibanding bulan-bulan sebelumnya. Kondisi tersebut membuat saham-saham blue chips yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo masih berisiko bergerak fluktuatif.
Baca Juga: Mengintip prospek IHSG pekan depan, masih bisa menguat?
Asal tahu saja, selama sepekan terakhir investor asing paling banyak melakukan aksi jual bersih pada saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Mengutip data dari RTI Business, TLKM dijual hingga Rp 448,4 miliar.
Setelah TLKM, investor asing juga menjual saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Kedua saham perbankan itu dilepas senilai Rp 313,6 miliar dan Rp 169,1 miliar.
Aria mencermati, aksi jual bersih dari investor asing pada TLKM dipicu perkiraan pertumbuhan sektor telekomunikasi yang mereda di kuartal III, setelah sebelumnya mencatatkan pendapatan yang cukup baik di kuartal II.
Sementara untuk sektor perbankan, Aria beranggapan, kinerja di laporan keuangan kuartal II yang tidak menghasilkan pertumbuhan sesuai harapan menjadi sentime negatif bagi pelaku pasar. Menurutnya, di pekan depan, saham TLKM, BBRI, dan BBNI masih mungkin mencatatkan net sell seperti minggu ini.
Meskipun banyak dilepas investor asing, Aria masih menjagokan TLKM karena memiliki stabilitas kinerja. Di sisi lain, untuk BBRI bisa akumulasi saat ada pelemahan karena berpotensi mengalami pemulihan.
Sekadar informasi, kecenderungan investor melepas saham tidak hanya terjadi selama sepekan terakhir. Mengutip data RTI Business, selama tiga bulan ke belakang net sell asing mencapai Rp 5,28 triliun. Adapun sejak awal tahun, investor asing mencatat net sell hingga Rp 17,43 triliun.
Baca Juga: Sepekan ke depan, IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News