kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Net sell asing mencapai Rp 9,14 triliun di bulan Agustus, ini sebabnya


Rabu, 28 Agustus 2019 / 21:43 WIB
Net sell asing mencapai Rp 9,14 triliun di bulan Agustus, ini sebabnya
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun 1,70% sejak awal bulan hingga Rabu (28/8) alias month to date. Meski IHSG hanya turun tipis, angka penjualan bersih asing mencapai Rp 9,14 triliun pada bulan Agustus ini.

Angka penjualan bersih asing ini naik 731% jika dibandingkan dengan periode 1-28 Agustus tahun lalu yang hanya sebesar Rp 1,10 triliun. Pada Agustus tahun lalu, IHSG tercatat naik 1,79%.

Baca Juga: Hari ini naik tipis, IHSG diramal bergerak terbatas pada perdagangan esok

Berdasarkan data RTI, 10 saham dengan net sell asing terbesar dalam sebulan terakhir adalah:

  1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,92 triliun,
  2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 1,32 triliun,
  3. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 774,38 miliar,
  4. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 712,56 miliar,
  5. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 537,64 miliar,
  6. PT MNC Land Tbk (KPIG) Rp 527,36 miliar,
  7. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 476,51 miliar,
  8. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 326,67 miliar, 
  9. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 299,59 miliar, dan
  10. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Rp 242,34 miliar.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, net sell asing selama satu bulan ke belakang disebabkan oleh faktor eksternal, salah satunya adalah tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Seperti yang diketahui, pekan lalu pihak Beijing mengenakan tarif balasan atas barang-barang impor dari AS senilai US$ 75 miliar untuk pertama kalinya menjadi sebesar 15%.

Baca Juga: IHSG hanya naik tipis pada penutupan perdagangan hari ini (28/8)

Selanjutnya Washington pun kembali membalas dengan mengumumkan kenaikan tarif impor barang-barang China dan menyerukan perusahaan-perusahaan AS untuk angkat kaki dari China, salah satunya produsen alat elektronik Apple.

Namun Suria melihat dana di dalam negeri tidak benar-benar keluar, tetapi pindah ke instrumen surat utang.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan selain sentimen perang dagang, aksi jual bersih asing juga disebabkan oleh isu resesi yang bakal melanda AS. Ancaman resesi ini muncul akibat yield obligasi AS dengan tenor tiga bulanan tercatat lebih tinggi dibanding yield sepuluh tahun.

Isu resesi AS ini akhirnya berdampak pada aksi profit taking yang dilakukan investor.

Baca Juga: Harga SUN Masih Stagnan Sejak Suku Bunga Dipangkas, Ini Rekomendasi Analis premium

Hal ini karena secara teknikal, sebagian saham telah berada di area overbought dan sebagian sudah berada dalam tren penurunan (downtrend). “Yang artinya asing melakukan penjualan terlebih dahulu untuk mengamankan profit,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).

Aksi profit taking ini dilakukan guna meminimalisir risiko penurunan harga yang lebih dalam lagi.

Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas mengatakan, net sell asing juga dipengaruhi oleh pergerakan IHSG yang cenderung bearish (melemah) di bulan Agustus 2019.

Baca Juga: Risiko global meningkat, investor asing cenderung perbanyak SUN tenor pendek

Nafan menambahkan, secara historis bulan Agustus bukan merupakan bulan yang positif bagi IHSG. "Akibat bearish trend tersebut maka wajar saja pelaku pasar asing melepaskan saham-saham utama seperti BBCA, BBNI, BBRI, ASII, BMRI dan lainnya," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).

Senada dengan Suria, Nafan juga mengatakan sentimen perang dagang China-AS menyebabkan asing melakukan jual bersih. Aksi saling balas antara China dan AS menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku pasar untuk masuk ke saham-saham yang memiliki risiko yang tinggi.

Nafan memprediksi aksi jual asing ini akan mereda pada September mendatang karena pergerakan IHSG akan cenderung konsolidasi. "Kami juga mengharapkan katalis positif seperti pengumuman GDP kuartal III dan pengumuman fundamental makroekonomi lainnya seperti kebijakan moneter," lanjut Nafan.

Baca Juga: Suku bunga turun, begini rekomendasi Bahana Sekuritas untuk emiten sektor perbankan

Dari kesepuluh emiten, Sukarno menilai saham BBRI, BBNI, BMRI, dan BBTN menjadi saham paling menarik bagi investor. Keempat emiten bank pelat merah tersebut dianggap paling menarik akibat dari penurunan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

“Tinggal menunggu momentum teknikal lagi untuk buyback saham-saham tersebut,” lanjut Sukarno. Meski demikian, Sukarno tetap merekomendasikan untuk buy on weakness (BOW) terhadap 10 saham tersebut.

Sementara Suria Darma menyarankan untuk mengoleksi saham BBNI, BMRI, BBTN, ASII, dan UNTR. "Karena sudah menarik levelnya," kata Suria.

Nafan merekomendasikan untuk mengakumulasi beli dengan target jangka panjang untuk saham BBCA dengan target level Rp 30.500 per saham, BBNI dengan target level, BBRI dengan target level Rp 5.120 per saham, BBTN dengan target level Rp 3.410 per saham, ASII dengan target Rp 8.000 per saham, UNTR dengan target level Rp 29.500 per saham dan INTP dengan Rp 23.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×