Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Namun Suria melihat dana di dalam negeri tidak benar-benar keluar, tetapi pindah ke instrumen surat utang.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan selain sentimen perang dagang, aksi jual bersih asing juga disebabkan oleh isu resesi yang bakal melanda AS. Ancaman resesi ini muncul akibat yield obligasi AS dengan tenor tiga bulanan tercatat lebih tinggi dibanding yield sepuluh tahun.
Isu resesi AS ini akhirnya berdampak pada aksi profit taking yang dilakukan investor.
Baca Juga: Harga SUN Masih Stagnan Sejak Suku Bunga Dipangkas, Ini Rekomendasi Analis premium
Hal ini karena secara teknikal, sebagian saham telah berada di area overbought dan sebagian sudah berada dalam tren penurunan (downtrend). “Yang artinya asing melakukan penjualan terlebih dahulu untuk mengamankan profit,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).
Aksi profit taking ini dilakukan guna meminimalisir risiko penurunan harga yang lebih dalam lagi.
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas mengatakan, net sell asing juga dipengaruhi oleh pergerakan IHSG yang cenderung bearish (melemah) di bulan Agustus 2019.
Baca Juga: Risiko global meningkat, investor asing cenderung perbanyak SUN tenor pendek
Nafan menambahkan, secara historis bulan Agustus bukan merupakan bulan yang positif bagi IHSG. "Akibat bearish trend tersebut maka wajar saja pelaku pasar asing melepaskan saham-saham utama seperti BBCA, BBNI, BBRI, ASII, BMRI dan lainnya," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).