kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Naik Tinggi Tiga Hari Terakhir, Harga Minyak Masih Melemah Dalam Sepekan


Jumat, 19 Agustus 2022 / 08:26 WIB
Naik Tinggi Tiga Hari Terakhir, Harga Minyak Masih Melemah Dalam Sepekan
ILUSTRASI. Harga minyak melanjutkan kenaikan tipis setelah kemarin melesat.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan kenaikan tipis setelah kemarin melesat. Jumat (19/8) pukul 8.10 WIB, harga minyak Brent kontrak Oktober 2022 di ICE Futures naik 0,16% ke US$ 96,75 per barel setelah kemarin menguat 3,15%.

Sedangkan harga minyak WTI kontrak September 2022 di New York Mercantile Exchange naik 0,16% ke US$ 90,65 per barel setelah kemarin menguat 2,71%. Dalam sepekan, harga minyak WTI masih tercatat turun 1,56% dan harga minyak Brent melemah 1,43% meski naik dalam tiga hari terakhir.

Harga minyak kemarin rebound karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif dan konsumsi bahan bakar AS yang kuat mengimbangi kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara lain dapat melemahkan permintaan.

"Harga minyak reli setelah data ekonomi AS yang mengesankan mendorong optimisme untuk prospek permintaan minyak mentah yang membaik," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA kepada Reuters. Moya juga mencatat bahwa OPEC tidak akan membiarkan penurunan harga minyak baru-baru ini berlanjut lebih jauh.

Baca Juga: Turun Lima Hari Beruntun, Harga Emas Melemah 1,47% Sepekan

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu dan data periode sebelumnya direvisi turun tajam. Data ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat meskipun momentum melambat karena suku bunga yang lebih tinggi.

Sekretaris Jenderal baru Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham Al Ghais mengatakan kepada Reuters bahwa pembuat kebijakan, pembuat undang-undang dan investasi sektor minyak dan gas yang tidak mencukupi harus disalahkan atas harga energi yang tinggi, bukan OPEC.

Pada pertemuan berikutnya pada bulan September, Al Ghais mengatakan OPEC+, yang mencakup pemasok minyak lainnya seperti Rusia, "dapat memangkas produksi jika perlu, kami dapat menambah produksi jika perlu. Itu semua tergantung pada bagaimana keadaan berlangsung."

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik 3% karena Data Stok AS

Data Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan stok minyak mentah AS turun 7,1 juta barel dalam seminggu hingga 12 Agustus. Angkan ini jauh lebih besar ketimbang ekspektasi penurunan 275.000 barel, karena ekspor mencapai rekor 5 juta barel per hari (bph). Larangan oleh Uni Eropa pada ekspor minyak Rusia dapat secara dramatis memperketat pasokan dan menaikkan harga dalam beberapa bulan mendatang.

"Embargo UE akan memaksa Rusia untuk menutup sekitar 1,6 juta (bph) produksi pada akhir tahun, naik menjadi 2 juta bph pada 2023," kata penelitian konsultan BCA dalam sebuah catatan.

Rusia justru memperkirakan peningkatan output dan ekspor hingga akhir 2025. Dokumen yang didapat Reuters menyebut, pendapatan dari ekspor energi Rusia akan naik 38% tahun ini, sebagian karena volume ekspor minyak yang lebih tinggi.

Harga minyak naik meskipun ada kemungkinan peningkatan pasokan dari Iran dan kekhawatiran bahwa permintaan bisa turun jika China memberlakukan lockdown lebih lanjut untuk menghentikan penyebaran Covid. Pasar sedang menunggu perkembangan dari pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Jika terjadi kesepatakan, pasokan minyak dari Iran bisa mencapai 1 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×