Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Sandy Baskoro | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Musim panen dividen masih berlangsung di pasar saham Indonesia. Berdasarkan catatan KONTAN, sebanyak 22 emiten yang sudah mengumumkan rencana pembagian dividen tahun buku 2014.
Nilai total dividen 2014 22 emiten tadi sekitar Rp 30,9 triliun. Sementara total dividen tahun 2013 mencapai Rp 34,03 triliun. Beberapa emiten memang tercatat memangkas jumlah dividen. Ekspansi menjadi salah satu alasan.
Sejumlah perusahaan, terutama emiten BUMN, membutuhkan dana besar untuk ekspansi usaha. Sumber pendanaan itu bisa berasal dari dividen yang dipangkas, kemudian ditetapkan sebagai laba ditahan.
Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai, porsi dividen, terutama di sektor infrastruktur, melorot tahun ini lantaran emiten ingin fokus meningkatkan ekspansi. Alhasil, porsi laba bersih yang ditahan untuk ekspansi meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. "Porsi dividen diturunkan demi membiayai belanja modal," tutur dia.
Lantaran emiten masih terus menggenjot ekspansi, William melihat prospek sektor infrastruktur masih cukup cerah tahun ini. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) misalnya, masih terus menyiapkan ekspansi lantaran kebutuhan telekomunikasi masih terus meningkat.
Sementara PT Jasa Marga Tbk (JSMR) masih terus mengembangkan sejumlah fasilitas jalan tol yang berprospek bagus. Namun di antara kabar ekspansi tersebut, pembagian dividen biasanya diikuti kekhawatiran kaburnya dana asing.
Lirik saja, sepanjang pekan lalu total dana asing yang keluar dari pasar Indonesia sekitar Rp 2,6 triliun Musim pembagian dividen kali ini bersamaan dengan merosotnya pasar finansial Indonesia.
Lihat saja return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di urutan paling buncit di Asia Pasifik. Di saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terkoreksi cukup tajam. Kemarin, rupiah kembali terpangkas 3,69% year to date (ytd) menjadi Rp 12.893 per dollar AS.
Lantas, apakah ada kaitan pembagian dividen dengan koreksi rupiah? Maklum, sebagian besar investor di bursa merupakan pemodal asing. Ada kemungkinan, asing membawa mudik duit hasil dividen.
Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menilai, kecil kemungkinan investor asing membawa pulang semua dividen dari Indonesia. Sebagian besar pemodal asing masih memantau pasar Indonesia.
Kalaupun mereka belum berbelanja saham, biasanya wait and see, menunggu saat yang tepat. Koreksi rupiah saat ini lebih dipengaruhi faktor global, The Fed siap mengerek bunga. Data historis menunjukkan pada April tahun lalu, saat musim pembagian dividen, nilai tukar rupiah justru menguat 6% (ytd) menjadi Rp 11.446 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News