Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Semua komoditas mengalami penurunan di tahun ini, tak terkecuali gas alam. Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed hingga masalah supply dan demand menjadi sentimen yang menggerakkan harga gas alam.
Sejak akhir tahun lalu, harga gas alam terjungkal 39,49%. Pengamat komoditas SoeGee Futures, Ibrahim mengatakan, musim dingin ekstrem pada kuartal I-2015 sempat membuat permintaan gas alam naik. Maklum, gas alam digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan. Tak heran jika harga gas alam mencatat level tertinggi pada 14 Januari 2015 yakni di US$ 3,57 per MMBTU.
Selanjutnya, mulai kuartal kedua hingga kuartal keempat tahun ini harga terus tergerus seiring dengan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Di samping itu, perlambatan ekonomi di China dan Eropa serta turunnya harga minyak mentah dunia juga menyebabkan gas alam melemah.
Tepat di saat The Fed menaikkan suku bunga pada 16 Desember lalu, harga gas alam mencatat level terendah di US$ 1,86 per MMBTU. Padahal, beberapa negara di dunia sebenarnya telah memasuki musim dingin sehingga bisa menaikkan permintaan gas alam. Sayangnya, musim dingin tahun ini cenderung lebih hangat sehingga permintaan pun semakin lesu.
Ibrahim menduga, suhu udara akan semakin dingin pada awal tahun depan sehingga harga gas alam akan bergerak naik pada kuartal I-2016.
Sementara di kuartal berikutnya hingga akhir tahun depan, harga bisa kembali melemah mengingat akan muncul kembali spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini akan berimbas pada kenaikan dollar AS dan menekan gas alam. Namun, pelemahan harga gas alam tahun depan tidak akan sedalam tahun ini. "Ekonomi global akan sedikit lebih baik dari tahun ini," papar Ibrahim.
Mengutip Bloomberg, Senin (28/12) pukul 13.36 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Mercantile Exchange naik 2,7% ke level US$ 2,136 per MMBTU dibanding sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News