Reporter: Namira Daufina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Akhir tahun yang sudah mengetuk pintu biasanya membawa serta cuaca musim dingin yang ekstrem bersama di wilayah Amerika Serikat. Namun kedatangan akhir tahun kali ini berbeda. Cuaca yang cenderung normal menghantam harga gas alam.
Mengutip Bloomberg, Selasa (8/12) pukul 15.00 WIB harga gas alam kontrak Januari 2016 di New York Mercantile Exchange tercatat merosot 0,33% ke level US$ 2,06 per mmbtu atau menyentuh level terendahnya sejak Maret 2008 lalu. Harga ini pun sudah tergerus 7,66% hanya dalam sepekan terakhir.
Ibrahim, Pengamat Komoditas PT SoeGee Futures menuturkan ini disebabkan oleh cuaca yang tergolong memasuki musim dingin yang biasa. Padahal sejatinya, mendekati natal dan akhir tahun, musim dingin di AS dan Eropa mengarah ke cuaca ekstrem. Ini juga yang menjadi penyebab minimnya permintaan gas alam di pasar.
Selain itu tekanan juga datang dari produksi gas alam di Timur Laut AS yang melambung ke level tertingginya. Padahal rekor produksi tertinggi ini sudah terus berlangsung selama lima tahun beruntun.
Menurut laporan cuaca MDA dalam laporannya Jumat (4/12) cuaca berada di atas normal hingga 18 Desember 2015 mendatang di sebagian besar wilayah eastern AS.
“Biasanya dugaan akan cuaca yang lebih dingin saja bisa mengangkat harga tapi ini juga ada andil dari kemerosotan harga minyak mentah,” jabar Ibrahim. Memang harga minyak mentah WTI kian merosot di bawah level US$ 40 per barel pasca pertemuan OPEC yang enggan memangkas produksinya. Faktor negatif tersebut menambah beban pergerakan harga gas alam sebagai turunan minyak.
Menurut pemaparan Gene McGillian, Senior Analis dan Broker Tradition Energy di Stamford mengatakan perkiraan cuaca selama sepuluh hari mendatang tidak mendukung kenaikan harga. Sebabnya pasar akan kembali pada kenyataan bahwa stok gas alam yang sudah terlampau tinggi dan belum ada tanda-tanda akan menyusut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News