Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Minimnya permintaan akibat cuaca yang tidak kunjung dingin menjadi beban utama penurunan harga gas alam. Harga terus menukik ke level terendahnya dalam 14 tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, Selasa (15/12) pukul 15.15 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Januari 2016 di New York Merchantile Exchange menukik 0,52% ke level US$ 1,889 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah tergerus 9,17% dalam sepekan terakhir.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menuturkan harga gas alam masih berada di bawah tekanan akibat dari efek cuaca yang masih hangat meski sudah memasuki penghujung tahun. Musim dingin yang lebih hangat daripada tahun-tahun sebelumnya ini merupakan imbas dari serangan El-Nino.
Penuturan Andri ini senada dengan penyampaian Energy Information Agency yang menyatakan rendahnya harga gas alam merupakan kombinasi dari rendahnya permintaan dan tingginya stok gas alam global.
Menurut laporan Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat, suhu berada di atas normal di bagian timur Amerika Serikat hingga akhir Desember 2015. Mulai dari Lexington, Kentucky, Binghamton, hingga New York. Bahkan di New York cuaca masih berada di kisaran 19 derajat celcius.
“Harga memang sangat bergantung pada permintaan dan musim dingin,” kata Andri. Sebabnya, kini stok gas alam masih belum kunjung menipis. Akibat dari permintaan yang sepi di pasar global. Bahkan EIA memprediksi konsumsi gas alam Desember 2015 hanya akan sekitar 68 triliun kaki kubik atau turun dari Desember 2014 yang mencapai 78 triliun kaki kubik.
Belum lagi harga juga ikut terkena imbas dari penantian pelaku pasar akan hasil dari FOMC 17 Desember 2015 mendatang. “Terseret pelemahan harga komoditas lainnya termasuk minyak yang sangat rendah saat ini,” ujar Andri. Hanya saja memang faktor cuaca yang berkolerasi dengan permintaan jadi fokus utama dibanding tekanan dari keperkasaan USD akibat spekulasi FOMC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News