Reporter: Yuliana Hema | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) kembali semarak di awal semester dua 2025. Melansir laman resmi e-IPO per Rabu (25/6), saat ini ada tujuh perusahaan yang sedang berproses.
Mereka ialah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG) dan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR).
Kemudian ada PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT), PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI) dan yang palin baru ada PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI).
Dalam daftar antrean di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih ada 14 perusahaan yang berencana untuk mencatatkan sahamnya. Berdasarkan klasifikasi aset, ada delapan perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Kemudian ada lima perusahaan dengan aset skala menengah di kisaran Rp 50 miliar–Rp 250 miliar. Lalu hanya ada satu perusahaan dengan skala kecil, yang total asetnya di bawah Rp 50 miliar.
Baca Juga: Ini Alasan Hermanto Tanoko Berinvestasi di Merry Riana Edukasi
Jika digabungkan antara pipeline dengan realisasi IPO hingga semester I-2025 yang baru mencapai 14 emiten baru, jumlah aksi penawaran umum perdana saham di tahun ini masih jauh dari target BEI.
Sekadar mengingatkan, BEI menargetkan ada 407 efek yang tercatat di pasar modal Indonesia dengan 66 perusahaan baru. Jumlah 407 itu termasuk efek saham, obligasi, EFT, DIRE, DINFRA, EBDA dan waran terstruktur.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan kalau dicermati secara jumlah emiten meman tak sebanyak tahun lalu, tetapi secara nilai cukup besar.
“Artinya IPO tahun ini memang lebih sedikit tetapi emisinya besar. Nampaknya arah IPO 2025 akan seperti ini, fokus pada perusahaan dengan skala besar dan berkaitan dengan Grup besar juga,” jelaskan beberapa waktu lalu.
Valdy bilang dengan banyak perusahaan skala besar ini akan membantu investor untuk memilih. Menurutnya, kalau emitennya berasal dari grup konglomerasi besar seharusnya punya prospek yan baik.
Baca Juga: Gelar IPO, Pancaran Samudera Transport (PSAT) Bakal Tambah Dua Kapal
Dari sisi investor, dia menilai investor nampaknya akan cenderung berada di posisi wait and see terhadap ekonomi global sehingga mempengaruhi tingkat kepercayaan dirinya.
Selain itu, tahun ini merupakan tahun pertama pemerintahan baru. Ini membuat investor untuk menahan diri melakukan ekspansi di pasar saham kecuali ada sentimen positif yang bisa menarik investor kembali aktif di pasar modal.
“Kalau ada emiten yang benar-benar membuat investor optimistis atas kinerja, rekam jejak itu akan membuat investor akan percaya diri mengikuti saham IPO. Semuanya bergantung ke sana,” ucap dia.
Presiden Direktur Deloitte Konsultan Indonesia Brian Indradjaja memproyeksikan gelaran IPO di semester kedua ini masih ada tetapi tidak akan semarak. Nampaknya para perusahaan lebih memilih untuk mempersiapkan diri.
“Mungkin di sisa tahun ini masih tahap persiapan, pre-IPO dan due diligence bisa dilakukan sekarang tetapi baru akan dieksekusi tahun depan,” jelas Brian saat ditemui Kontan di kantornya belum lama ini.
Dia mencermati masih banyak perusahaan yang masih wait and see untuk melakukan aksi korporasi, termasuk IPO. Tren serupa juga terjadi di bursa lain, seperti Jepang yang baru akan semarak di Desember atau tahun depan.
“Dari sisi minat investor pun di beberapa negara lain, juga masih berada di posisi wait and see untuk menambahkan dananya di pasar modal,” ucap Brian.
Baca Juga: Chandra Daya Investasi (CDIA) Jadi Lighthouse IPO Keempat di 2025, Susul RATU & CBDK
Selanjutnya: Wall Street Rabu (26/6): S&P 500 dan Nasdaq Bergerak Dekati Rekor Tertinggi
Menarik Dibaca: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News