CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   0,00   0,00%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Meski Menguat, Rupiah Diprediksi Sulit Tembus di Bawah Rp 15.000 Tahun Ini


Kamis, 19 September 2024 / 20:15 WIB
Meski Menguat, Rupiah Diprediksi Sulit Tembus di Bawah Rp 15.000 Tahun Ini
ILUSTRASI. Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen ke level Rp15.526 dibandingkan sebelumnya rupiah sempat berada di level Rp15.525 per dolar AS. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga tinggi berakhir dengan pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) dan BI Rate. Meski begitu, nilai tukar rupiah diperkirakan tetap berada di level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menyebutkan bahwa dengan pemangkasan suku bunga maka rupiah berpotensi menguat untuk jangka pendek. Tercermin dari rupiah spot yang menguat 0,63% ke Rp 15.239 per dolar AS pada Kamis (19/9).

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.239 Per Dolar AS, Terbaik Sejak Agustus 2024

Fikri juga mencermati ruang penguatan lebih lanjut untuk rupiah sebulan ke depan.

"Sampai akhir Oktober masih melihat antara Rp 15.100 - Rp 15.300," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).

Untuk jangka pendek itu, selain pemangkasan suku bunga juga terdapat sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi gerak rupiah. Pertama, susunan kabinet baru, khususnya terkait pemilihan menteri keungan.

Kedua, perkembangan dari fundamental ekonomi Indonesia. Menurut Fikri, ada beberapa hal utama yang akan diperhatikan. Misalnya 'trade surplus' dan 'foreign exchange reserve'.

"Karena walau rupiah terapresiasi, tapi di sisi lain ada risiko trade surplus semakin kecil karena adanya pengurangan competitive advantage pada saat rupiah terapresiasi," sebutnya.

Baca Juga: Antisipasi Profit Taking, Rupiah Diproyeksikan Bertahan di Rp 15.300 Per Dolar AS

Apalagi, kata Fikri, berdasarkan rilis trade surplus terakhir, ekspor Indonesia mengarah pada sumber daya alam, bukan ke manufaktur.

"Jadi mungkin ini akan menjadi catatan dan tentunya akan menjadi hal yang mendorong bagaimana perkembangan capital account-nya di Indonesia," lanjutnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melanjutkan, hingga akhir tahun rupiah diperkirakan dikisaran Rp 15.000-an per dolar AS. Menurutnya, rupiah masih sulit untuk tembus di bawah level tersebut.

"Walau The Fed menurunkan 50bps, tetapi US Treasury naik dan indeks dolar walau sempat melemah, tetapi di awal pembukaan hari ini cukup menguat," terangnya.

Lanjutnya, the Fed juga mengindikasikan ke depan pemangkasan suku bunga akan lebih kecil dari 50bps. Hal itu seiring dari penilaian Fed mengenai ekonomi AS yang tidak seburuk yang diperkirakan.

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga The Fed dan BI Diharapkan Berdampak Baik Bagi Perekonomian


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×