Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
Adapun pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan datar di 2% pada tahun ini dan tahun depan, sehingga belum ada pemburukan aktivitas ekonomi yang signifikan. Lalu tingkat pengangguran yang masih berada dikisaran 4%.
Selain itu, investor asing juga masih memperhatikan postur APBN karena kemungkinan akan ada APBN perubahan.
Selain itu, the Fed mengindikasikan pemangkasan suku bunga tidak akan terburu-buru ke depan, kendati ruang pemangkasan selanjutnya masih terbuka.
Josua berpandangan, ruang pemangkasan suku bunga the Fed mencapai 100bps pada tahun ini dan 100bps di tahun depan.
Lalu BI Rate juga akan menjaga ruang penurunannya dari sisi interest differential rate-nya.
Kemudian, kata Josua, masih terdapat faktor fundamental yang mana ekspor Indonesia masih mengandalkan komoditas dasar seperti batubara dan CPO. Di sisi lain, lesunya ekonomi China turut mempengaruhi ekspor komoditas Indonesia.
Baca Juga: Makin Kokoh, Rupiah Sempat Menyentuh Rp 15.262 Per Dolar AS, Kamis (19/9)
Lalu, dari foreign flow Indonesia memiliki saingan, yakni India seiring meningkatnya bobot MSCI India. Sehingga inflow di pasar saham dan obligasi India saat ini cukup besar.
Dari berbagai hal itu, Josua memperkirakan rupiah akan berkisar Rp 15.100 - Rp 15.300 pada akhir tahun.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan pasca pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 50bps dan BI Rate 25bps pelaku pasar menyikapi positif.
Hal itu terlihat dari pergerakan rupiah yang mengalami penguatan sampai berada di bawah Rp 15.300 per dolar AS.
Edi menilai ruang penguatan rupiah masih terbuka ke depan. "Namun tetap kami mencermati beberapa faktor risiko yang dapat menahan penguatan rupiah, diantaranya perkembangan di Eropa dan China," ujarnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate 25 bps Jadi 6% Pada September 2024
Edi juga menegaskan untuk penguatan rupiah ini, BI menyerahkan pergerakannya berdasarkan mekanisme pasar. Menurutnya, dengan begitu pergerakannya akan lebih sehat dan harga yang terbentuk akan kredibel.
Namun, ia tetap menegaskan bahwa BI akan terjun ke pasar apabila jika terjadi ketidakseimbangan suplai dan permintaan.
"BI tetap akan masuk pasar apabila terjadi ketimpangan supply demand valas di pasar," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News