kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

Menilik Target Produksi dan Prospek Kinerja MDKA dan MBMA pada 2025


Jumat, 07 Februari 2025 / 19:47 WIB
Menilik Target Produksi dan Prospek Kinerja MDKA dan MBMA pada 2025
ILUSTRASI. Anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bumi Suksesindo (BSI) mempekerjakan perempuan sebagai pengemudi truk pada tambang emas di Banyuwangi, Jawa Timur. 


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Merdeka telah menyusun panduan produksi tahun 2025 untuk PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). Ekspansi di bisnis komoditas emas, tembaga dan nikel pun terus berlanjut. 

Pada komoditas emas, sepanjang tahun 2025 MDKA membidik target produksi 100.000 - 110.000 ons troi. Jumlah ini menurun 5,06% - 13,69% dibandingkan realisasi produksi pada tahun lalu.

Sebagai pembanding, MDKA memproduksi 115.867 ons troi emas pada 2024. Total biaya tunai (cash cost) MDKA tahun lalu sebesar US$ 1.017 per ons troi, dengan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) senilai US$ 2.371 per ons troi.

Baca Juga: Simak Produksi Emas, Tembaga dan Nikel Grup Merdeka (MDKA dan MBMA) pada 2024

Realisasi produksi emas MDKA tahun lalu sesuai dengan panduan. Tetapi, capaian itu mengalami penurunan 16,44% dibandingkan produksi emas MDKA pada 2023 yang kala itu mencapai 138.666 ons troi.

Head of Corporate Communications Merdeka Copper Gold, Tom Malik, mengungkapkan penurunan ini terjadi karena produksi emas di tambang Tujuh Bukit menghasilkan kadar emas pada bijih yang lebih rendah.

"Ini merupakan transisi sebelum tambang tembaga Tujuh Bukit beroperasi," kata Tom kepada Kontan.co.id, Jumat (7/2).

 

Seperti diketahui, saat ini MDKA sedang mengembangkan proyek tembaga Tujuh Bukit yang berada di bawah tambang emas Tujuh Bukit di Banyuwangi.

Tom bilang, produksi tambang emas Tujuh Bukit menurun karena sudah mendekati luasan dan kedalaman optimum, sebelum nantinya diteruskan oleh tambang tembaga.

Baca Juga: Komitmen MDKA dalam Pengembangan Kompetensi Karyawan di Seluruh Anak Usaha

Secara operasional, untuk saat ini produksi tembaga MDKA masih mengandalkan Tambang Tembaga-Pirit Wetar. Pada kuartal IV-2024, tambang ini menghasilkan 3.419 ton. MDKA memproduksi sebanyak 13.902 ton sepanjang tahun 2024.

Produksi tembaga MDKA meningkat 9,41% dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 12.706 ton. Pada tahun 2025, MDKA mematok target produksi yang konservatif dalam rentang 11.000 hingga 13.000 ton tembaga. 

Kinerja MBMA

Beralih ke komoditas nikel, MBMA mencetak kinerja operasional yang kuat, dengan dorongan utama dari tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). Pada kuartal IV-2024, tambang SCM mencetak rekor produksi 3,4 juta wet metric ton (wmt) limonit dan 3 juta wmt saprolit.

Presiden Direktur Merdeka Battery Materials, Teddy Oetomo, mengungkapkan pada 2024 tambang SCM meningkatkan dan memperluas operasi penambangan serta infrastrukturnya. Langkah ini menghasilkan peningkatan produksi bijih secara signifikan dan penurunan biaya penambangan. 

Baca Juga: Jangan Salah Beli! Tiga Saham Diprediksi Masuk Indeks MSCI Februari 2025

Tambang SCM pun mengerek produksi bijih lebih dari dua kali lipat dengan produksi saprolit sebesar 4,9 juta wmt sepanjang 2024. Sedangkan produksi limonit mencapai 10,1 juta wmt.

Selain itu, pada tahun lalu MBMA memproduksi  82.161 ton nikel dalam Nickel Pig Iron (NPI). MBMA juga menghasilkan 50.315 ton high-grade nickel matte (HGNM).  Produksi NPI dan HGNM masing-masing naik sekitar 26% dan 66% dibandingkan 2023.

Dari sisi proyek ekspansi, MBMA juga sudah menjalankan commissioning di Pabrik AIM (Acid, Iron, Metal). Pabrik pirit (Pyrite Plant) telah beroperasi penuh, dan pabrik asam (Acid Plant) telah beroperasi sejak April 2024. 

Pada Desember 2024, PT ESG New Energy Material (PT ESG) memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) perdananya. Produksi MHP merupakan bagian penting dalam strategi MBMA memproduksi bahan baterai hilir.

Baca Juga: Tiga Saham Ini Diprediksi Masuk Indeks MSCI, Cek yang Paling Layak Beli!

"Memasuki 2025, MBMA dalam posisi pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan produksi bijih nikel, peningkatan produksi pemurnian nikel, dan beroperasinya fasilitas HPAL (High Pressure Acid Leach)," terang Teddy.

Pada tahun ini, MBMA menargetkan pengiriman 6 juta hingga 7 juta wmt bijih saprolit dan penjualan 12,5 juta hingga 15 juta wmt bijih limonit. Produksi NPI diproyeksikan sebesar 80.000 hingga 87.000 ton.

MBMA menargetkan produksi HGNM antara 50.000 dan 55.000 ton. Sementara produksi MHP diperkirakan berkisar antara 25.000 dan 30.000 ton pada 2025.

Kinerja Grup Merdeka

Presiden Direktur Merdeka Copper Gold Albert Saputro mengatakan bahwa operasional emas, tembaga dan nikel Grup Merdeka sesuai dengan panduan produksi pada tahun 2024. Capain itu  menghasilkan pendapatan sebelum diaudit (unaudited) sebesar US$ 2,2 miliar.

Hasil tersebut mencerminkan kenaikan sekitar 31% secara tahunan. Pada tahun 2025, emiten tambang mineral yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan Garibaldi Thohir ini pun akan melanjutkan proyek-proyek ekspansinya.

Bersamaan dengan ekspansi MBMA dalam hilirisasi nikel, MDKA menggelar ekspansi dari sisi pertambangan emas dan tembaga. Proyek MDKA yang signifikan adalah tambang Emas Pani dan tambang tembaga Tujuh Bukit.

Baca Juga: Laba Merdeka Battery (MBMA) Melesat 2.672% Jadi US$ 18,46 Juta per Kuartal III-2024

Progres Proyek Emas Pani mencapai 33% hingga akhir tahun lalu. Proyek ini dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir 2025, dengan produksi emas pertama diperkirakan pada awal tahun 2026.

MDKA juga terus mengembangkan Proyek Tembaga Tujuh Bukit. Termasuk dengan melakukan pengeboran sumber daya di permukaan, eksplorasi target tambang terbuka potensial di dekat permukaan, dan studi teknis. 

"Investasi strategis Merdeka diharapkan dapat meningkatkan kinerja kami secara signifikan, terutama dengan dimulainya operasi di dua fasilitas HPAL MBMA dan commissioning Proyek emas Pani pada akhir 2025," terang Albert.

Saham MDKA & MBMA Masih Landai

Meski mencetak kinerja yang kuat secara operasional, tapi pergerakan saham MDKA dan MBMA masih lunglai. MDKA menutup pekan ini dengan pelemahan 0,70% ke level harga Rp 1.420 per saham pada Jumat (7/2).

Sementara saham MBMA bisa bergerak menanjak 1,62% ke posisi Rp 376 per saham. Namun jika diakumulasi secara year to date, performa harga MDKA dan MBMA masih kompak landai. Masing-masing mengalami minus 12,07% dan 17,90%.

Baca Juga: Harga Nikel Dunia Diprediksi Sulit Menanjak di 2025, Sejumlah Emiten Siapkan Strategi

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Irsyad Hanief mengamati harga saham MDKA dan MBMA belum menunjukkan performa yang optimal, meskipun keduanya berfundamental kuat.

Pasar kemungkinan mencermati potensi MDKA dan MBMA bisa menghadapi tantangan akibat dinamika pasar dan fluktuasi harga komoditas global, terutama di industri nikel. 

Irsyad pun belum memberikan rekomendasi untuk kedua saham tersebut. Namun melihat sentimen yang mengiringi saat ini, Irsyad lebih melirik saham MDKA.

"MDKA masih bisa dicermati bagi para investor secara jangka panjang, terutama didorong permintaan emas," kata Irsyad kepada Kontan.co.id, Jumat (7/2).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai kinerja operasional MDKA dan MBMA pada tahun lalu sesuai ekspektasi.

Sedangkan untuk 2025, masih perlu melihat dinamika pasar dan harga komoditas global serta fluktuasi harganya. Dus, Miftahul menyarankan wait and see terlebih dulu pada saham MDKA dan MBMA.

Selanjutnya: Indonesia Trade Ministry Supports Extending Freeport's Copper Export Permit

Menarik Dibaca: Tingkatkan TKDN, FAT Gas Compressor Hadir di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×