Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Presiden Direktur Merdeka Copper Gold Albert Saputro mengatakan bahwa operasional emas, tembaga dan nikel Grup Merdeka sesuai dengan panduan produksi pada tahun 2024. Capain itu menghasilkan pendapatan sebelum diaudit (unaudited) sebesar US$ 2,2 miliar.
Hasil tersebut mencerminkan kenaikan sekitar 31% secara tahunan. Pada tahun 2025, emiten tambang mineral yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan Garibaldi Thohir ini pun akan melanjutkan proyek-proyek ekspansinya.
Bersamaan dengan ekspansi MBMA dalam hilirisasi nikel, MDKA menggelar ekspansi dari sisi pertambangan emas dan tembaga. Proyek MDKA yang signifikan adalah tambang Emas Pani dan tambang tembaga Tujuh Bukit.
Baca Juga: Laba Merdeka Battery (MBMA) Melesat 2.672% Jadi US$ 18,46 Juta per Kuartal III-2024
Progres Proyek Emas Pani mencapai 33% hingga akhir tahun lalu. Proyek ini dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir 2025, dengan produksi emas pertama diperkirakan pada awal tahun 2026.
MDKA juga terus mengembangkan Proyek Tembaga Tujuh Bukit. Termasuk dengan melakukan pengeboran sumber daya di permukaan, eksplorasi target tambang terbuka potensial di dekat permukaan, dan studi teknis.
"Investasi strategis Merdeka diharapkan dapat meningkatkan kinerja kami secara signifikan, terutama dengan dimulainya operasi di dua fasilitas HPAL MBMA dan commissioning Proyek emas Pani pada akhir 2025," terang Albert.
Saham MDKA & MBMA Masih Landai
Meski mencetak kinerja yang kuat secara operasional, tapi pergerakan saham MDKA dan MBMA masih lunglai. MDKA menutup pekan ini dengan pelemahan 0,70% ke level harga Rp 1.420 per saham pada Jumat (7/2).
Sementara saham MBMA bisa bergerak menanjak 1,62% ke posisi Rp 376 per saham. Namun jika diakumulasi secara year to date, performa harga MDKA dan MBMA masih kompak landai. Masing-masing mengalami minus 12,07% dan 17,90%.
Baca Juga: Harga Nikel Dunia Diprediksi Sulit Menanjak di 2025, Sejumlah Emiten Siapkan Strategi
Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Irsyad Hanief mengamati harga saham MDKA dan MBMA belum menunjukkan performa yang optimal, meskipun keduanya berfundamental kuat.
Pasar kemungkinan mencermati potensi MDKA dan MBMA bisa menghadapi tantangan akibat dinamika pasar dan fluktuasi harga komoditas global, terutama di industri nikel.
Irsyad pun belum memberikan rekomendasi untuk kedua saham tersebut. Namun melihat sentimen yang mengiringi saat ini, Irsyad lebih melirik saham MDKA.
"MDKA masih bisa dicermati bagi para investor secara jangka panjang, terutama didorong permintaan emas," kata Irsyad kepada Kontan.co.id, Jumat (7/2).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai kinerja operasional MDKA dan MBMA pada tahun lalu sesuai ekspektasi.
Sedangkan untuk 2025, masih perlu melihat dinamika pasar dan harga komoditas global serta fluktuasi harganya. Dus, Miftahul menyarankan wait and see terlebih dulu pada saham MDKA dan MBMA.
Selanjutnya: Indonesia Trade Ministry Supports Extending Freeport's Copper Export Permit
Menarik Dibaca: Tingkatkan TKDN, FAT Gas Compressor Hadir di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News