kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik reksadana Aberdeen Indonesia Government


Rabu, 31 Agustus 2016 / 16:49 WIB
Menilik reksadana Aberdeen Indonesia Government


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Di kala pasar berpotensi bullish, manajer investasi kerap menghimpun Surat Utang Negara (SUN) bertempo lama guna mendongkrak imbal hasil alias return.

Begitu pula strategi yang diterapkan PT Aberdeen Asset Management dalam mengelola reksadana pendapatan tetap Aberdeen Indonesia Government Bond Fund. Sesuai dengan tajuknya, produk tersebut fokus mengendapkan dana pada obligasi milik pemerintah.

Suhardi Tanujaya, Senior Investment Manager Aberdeen Asset Management berujar, sejak awal tahun 2016, perusahaan memang secara konsisten meracik portofolio dengan durasi yang lebih panjang dari acuan (benchmark). Hal ini berdasarkan proyeksi pasar modal dalam negeri yang bullish tahun ini.

Sebab, di kala tren penurunan suku bunga, obligasi bertenor panjang akan membukukan total return yang lebih besar ketimbang obligasi bertempo pendek. Sebaliknya, jika kebijakan moneter diperketat, obligasi bertenor pendek akan lebih defensif dan outperform obligasi bertenor panjang.

"Strategi portfolio investasi ini di review dan didiskusikan secara regular baik secara bulanan atau per kuartal dengan Aberdeen Asia team dan Aberdeen EMD team di London," jelasnya.

Sejak awal tahun 2016, Bank Indonesia (BI) memang telah memangkas suku bunga sebanyak 100 bps. Inflasi yang terkendali di level batas bawah, penguatan rupiah, serta stabilitas makro ekonomi domestik memuluskan langkah BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Walhasil, performa pasar obligasi pemerintah pun melaju. Amunisi juga bersumber dari peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan industri keuangan non bank (IKNB) untuk membesarkan investasi pada obligasi negara.

Ada pula kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang berpotensi memperkuat posisi fiskal pemerintah dan menggenjot percepatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Mengacu fund fact sheet per Juli 2016, mayoritas aset Aberdeen Indonesia Government Bond Fund terparkir pada obligasi pemerintah yakni 99,3%. Sisanya 0,7% berupa instrumen pasar uang. Perusahaan memang leluasa menempatkan dana pada efek surat utang 80% - 100% serta instrumen pasar uang 0% - 20%.

Strategi ini terbilang jitu. Secara year to date per 26 Agustus 2016, Aberdeen Indonesia Government Bond Fund meraih return 16,03%. Angka tersebut mengungguli rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap (Infovesta Fixed Income Fund Index) yang melaju 10,41% periode sama.

Oleh karena itu, Suhardi optimistis, performa Aberdeen Indonesia Government Bond Fund dapat melampaui benchmark hingga pengujung tahun 2016. Sebab, perusahaan terus menyeimbangkan portofolio investasi secara aktif berdasarkan strategi teranyar.

"Strategi investasi ditentukan secara team work, bukan satu orang fund manager saja. Aberdeen juga memiliki local expertise dan pengetahuan global," paparnya.

Namun, ada tantangan yang berpeluang menekan kinerja pasar SUN. Pertama, implementasi tax amnesty. Hingga saat ini, jumlah aset deklarasi dan repatriasi belum sesuai target yang dipatok pemerintah.

Jika tax amnesty meleset jauh dari harapan, maka defisit fiskal berpeluang melebar. Sehingga mengurangi aliran dana ke program pembangunan infrastruktur yang akan berdampak negatif bagi ekonomi Indonesia jangka panjang.

Kedua, rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Di simposium Jackson Hole akhir pekan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen berujar, ruang kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat kian terbuka.

Menurutnya perekonomian AS telah membaik sehingga mampu mendorong timbulnya inflasi sebesar 2%. Ini merupakan salah satu syarat The Fed untuk mengerek suku bunga acuan yang saat ini berkisar 0,25% - 0,5%.

Mengacu Bloomberg, pasca pidato tersebut, potensi kenaikan suku bunga The Fed pada September 2016 membesar dari semula 22% menjadi 42%. "Meskipun probabilitasnya masih di bawah 50%, risiko ini patut dicermati karena dapat berdampak bagi pasar obligasi dunia," tuturnya.

Infovesta Utama menduga, sepanjang tahun 2016, Infovesta Fixed Income Fund Index akan berkisar 13% - 14%.

Per 30 Agustus 2016, Aberdeen Indonesia Government Bond Fund telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.666,35. Produk ini sudah menghimpun dana kelolaan Rp 52,24 miliar per Juli 2016.

Nah, investor yang berminat mengoleksi reksadana ini dapat melakukan pembelian minimal Rp 1 juta. Penjualan kembali juga minimum Rp 1 juta.

Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 1% dan biaya penjualan maksimum 1%. Adapula biaya manajemen maksimal 1,5% per tahun serta biaya kustodian minimal 0,2% dan maksimal 0,3% per tahun.

Reksadana pendapatan tetap yang meluncur sejak 8 Juni 2009 tersebut menggunakan bank kustodian Standard Chartered Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×