Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan sejumlah emiten anyar dari sektor perikanan pada tahun ini. Setidaknya, ada tiga perusahaan tercatat yang bergelut di sektor ini misalnya PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA), PT Toba Surimi Industries Tbk (CRAB), dan PT PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS).
Tapi, saham-saham emiten sektor ini masih tertekan. Mengutip RTI, saham ASHA melemah 21,03% dalam tiga bulan terakhir, selanjutnya saham saham CRAB turun 18,12% dalam sebulan terakhir. Sementara saham AMMS menguat 28,35% dalam sebulan terakhir.
Beberapa saham emiten perikanan yang sudah lebih dulu melantai di BEI, seperti PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) juga melemah 29,47% sejak awal tahun, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) turun 1,05%, dan PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN) menyusut 23,16%. Sedangkan PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO) berhasil menguat 8%.
Baca Juga: Pasar Ekspor Cerah, Kinerja Dharma Samudera (DSFI) Bergairah
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengungkapkan sebagian besar saham-saham emiten perikanan masuk dalam emiten berkapitalisasi pasar menengah dan kecil. Sehingga, sambungnya, jika ada penurunan harga saham menjadi cukup wajar.
Ke depannya, Nafan melihat saham emiten perikanan masih dihadang sejumlah tantangan. Misalnya saja kekhawatiran seputar resesi global, mengingat emiten-emiten perikanan dalam negeri tak sedikit yang memasarkan produknya ke luar negeri.
"Sentimen untuk sektor ini masih seputar kondisi ekonomi dan potensi supply chain yang berpotensi terhambat," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (22/9).
Selanjutnya, kenaikan harga bahan bakar (BBM) juga berpotensi menekan profit dari emiten perikanan. Oleh karena itu, kata Nafan, emiten perikanan bisa melakukan strategi konsolidasi ataupun bisa menerapkan strategi efisiensi.
Baca Juga: Raup IPO Rp 58,5 Miliar, Toba Surimi Industries (CRAB) Ekspansi Pasar
William Sutioso, Direktur Utama PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) mengungkapkan, kenaikan harga BBM memberikan dampak terhadap tingginya beban logistik. Namun secara keseluruhan efeknya belum terlihat ada kenaikan harga yang signifikan.
"Jadi, dari sisi bahan baku ikan untuk di ASHA masih cukup stabil dari sisi harga, hanya biaya operasional saja yang harus kami cermati supaya lebih efisien," ungkap dia kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Meski begitu, Manajemen ASHA juga optimis masih mampu mencapai target proyeksi margin tahun ini lantaran tren permintaan yang terus meningkat akan produk hasil laut.
ASHA menetapkan target pertumbuhan pendapatan sebesar 2 kali atau 3 kali lipat dari 2021 dapat tercapai di tahun 2022. Sebagai gambaran, ASHA mencetak pendapatan sebesar Rp 168,40 miliar pada akhir Desember 2021. Dari sisi bottom line, ASHA berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp 894,94 juta.
Baca Juga: Agung Menjangan Mas (AMMS) Raup Dana Segar Rp 24 Miliar dari IPO
Presiden Direktur DSFI Ewijaya mengungkapkan hal senada. Ia melihat akan ada potensi tekanan terhadap profitabilitas DSFI di semester dua tahun ini sejalan dengan kenaikan harga BBM.
"Namun, kami belum dapat memperkirakan dampaknya sejauh mana terhadap kinerja keuangan Perseroan, sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian, kami senantiasa melakukan monitoring atas risiko yang mungkin terjadi dan mempersiapkan rencana-rencana mitigasi yang paling memungkinkan dan terbaik," paparnya pada Kontan, Jumat (22/9).
Untuk saat ini, DFSI fokus dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan mengejar target kinerja tahun 2022. Sebagai informasi, Dharma Samudera Fishing membidik target pertumbuhan penjualan sebesar 22% menjadi Rp 650 miliar, dibandingkan realisasi tahun 2021 yang senilai Rp 532,52 miliar.
Baca Juga: Terancam Delisting, Begini Strategi Dua Putra Utama (DPUM) Membenahi Kinerja
Dari sisi bottom line, DSFI berharap realisasinya dapat mencapai Rp 28,91 miliar atau lebih tinggi 98,42% dari laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 14,57 miliar.
Di lain sisi, Nafan menyarankan, investor yang hendak memburu saham-saham sektor perikanan agar wait and see lebih dulu menunggu hasil kinerja kuartal ketiga 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News