Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pemangkasan suku bunga Federal Reserve, dolar Amerika Serikat (AS) menguat dibandingkan mata uang utama lainnya. Gejolak politik di Negeri Paman Sam juga menjadi pendorong.
Berdasarkan data Trading Economics, indeks dolar (DXY) berada di 104,20 pada Rabu (24/7) atau menguat 0,53% dalam sepekan. Dolar AS juga terpantau mengungguli mayoritas mata uang utama lainnya. EUR/USD melemah 0,77% dalam sepekan, GBP/USD melemah 0,64%, dan AUD/USD turun 1,86%.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan bahwa penguatan dolar AS ditopang gejolak politik di AS, pasca insiden penembakan Donald Trump yang memicu permintaan safe haven dolar. Lalu, pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan Pilpres di AS dan kini digantikan Kamala Harrris, membuat investor beralih ke dolar untuk sementara waktu.
"Namun seiring berjalan dan memasuki pekan terakhir di Juli, dan beberapa data penting lainnya sudah menanti, yakni PDB dan PCE membuat investor selektif menentukan posisi," ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).
Baca Juga: Rupiah Melemah pada Hari Ini, Intip Proyeksi Untuk Kamis (25/7)
Menurut dia, dolar masih menguat juga karena persepsi akan angka inflasi masih tinggi, khususnya Core PCE Price Index. Lalu, Fed baru akan menentukan pelonggaran kebijakan moneter pada September mendatang, tetapi dengan catatan angka tenaga kerja yang terus merosot, inflasi melambat dan variabel data lainnya menunjukkan perlambatan.
Dengan asumsi adanya pemangkasan suku bunga the Fed, Nanang menilai pairing EUR/USD, GBP/USD, dan USD/JPY sangat menarik diperdagangankan. Pasalnya, ketiga mata uang utama tersebut tengah menuju laju penguatan di zona range atas barunya.
EUR/USD berupaya bergerak di atas 1,1000 seiring dengan faktor pelemahan dolar pasca pemangkasan suku bunga nantinya. GBP/USD berpeluang membuka zona atas 1,3000 seiring prospek suku bunga The Fed.
USD/JPY diperkirakan mampu ke bawah 150 atau 140. Hal ini karena masing-masing kebijakan yang berbeda diambil oleh bank sentral.
"BOJ bersedia melakukan pengetatan suku bunga dengan menaikkan suku bunga acuan atau dengan variasi lainnya yang dilakukan otoritas pemerintah Jepang," papar Nanang.
Baca Juga: Dolar Melemah, Harga Emas Diramal Naik pada Pekan Ini
Pada akhir tahun, Nanang memproyeksikan EUR/USD berpotensi menguat dan berada di 1,1200, GBP/USD 1,3500, dan USD/JPY tengah berjuang untuk kembali menguat dan berada pada 140-145.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga melihat menilai ketiga mata uang tersebut yang paling menarik dicermati jika the Fed melonggarkan kebijakan moneternya.
Hanya saja, penguatan EUR/USD masih akan cukup terbatas. Dia memperkirakan pairing ini berpotensi ke 1,1080 pada akhir tahun. Lalu GBP/USD ke 1,3060 dan USD/JPY ke 149.
Di sisi lain, di tengah perkasanya dolar AS, Ibrahim masih meyakini rupiah mampu menguat. "Saya masih optimistis ke Rp 15.500 per dolar AS di akhir tahun," sebutnya.
Menurutnya, sentimen politik cenderung bersifat sementara. Sehingga, saat situasi politik di AS kembali stabil maka akan mendorong nilai tukar negara-negara lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News