kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.239   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.085   19,39   0,27%
  • KOMPAS100 1.059   3,21   0,30%
  • LQ45 831   0,14   0,02%
  • ISSI 215   0,76   0,35%
  • IDX30 425   0,20   0,05%
  • IDXHIDIV20 514   0,88   0,17%
  • IDX80 121   0,27   0,22%
  • IDXV30 125   0,94   0,76%
  • IDXQ30 142   0,18   0,12%

Menakar sentimen rencana pengembalian pengawasan bank ke BI pada saham bank


Jumat, 03 Juli 2020 / 21:43 WIB
Menakar sentimen rencana pengembalian pengawasan bank ke BI pada saham bank
ILUSTRASI. Karyawan menggunakan penutup wajah melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Jumat (3/7). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke zona hijau pada akhir perdagangan hari ini, Jum'at (03/07). Pada pukul 16.00 WI


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, santer kabar mengenai Presiden Joko Widodo sedang mempertimbangkan pengawasan perbankan kembali dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), tak lagi di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, isu pengalihan pengawasan perbankan tidak banyak memengaruhi saham-saham perbankan.

Baca Juga: Prediksi Chatib Basri, pasar tradional pulih dulu, mal dan entertainment sabar dulu

Ia bilang, jika benar pengawasan perbankan kembali dialihkan ke BI, maka kemampuan bank sentral dalam membantu perbankan di tengah pandemi ini akan lebih cepat.

"Boleh dibilang pandemi Covid-19 ini memukul likuiditas perbankan secara rata, mungkin kalau di bawah Bank Sentral untuk membantu suatu bank akan lebih cepat, ketimbang di bawah OJK," ujarnya, Kamis (3/7).

Meski demikian, ia menilai sejauh ini OJK sudah cukup baik dalam melakukan pengawasan terhadap perbankan. Secara keseluruhan, Wawan memandang isu pengalihan pengawasan terhadap perbankan ini tak begitu siginifikan mempengaruhi saham perbankan.

Baca Juga: Chatib Basri: Problem riil ekonomi muncul 2021, Indonesia butuh jump start, apa itu?

Adapun, penurunan suku bunga acuan oleh BI dan kembali berjalannya ekonomi dapat menjadi angin segar bagi perbankan pada paruh kedua tahun ini. Pasalnya, sejalan dengan dibukanya kembali keran ekonomi maka akan banyak yang membutuhkan pendanaan.

Meski demikian ia tak menampik jika kinerja perbankan pada tahun ini akan tertekan akibat Covid-19. Wawan memprediksi kinerja perbankan pada kuartal dua tahun ini berpotensi mengalami penurunan cukup dalam, sementara kinerja pada kuartal 1 2020 belum mencerminkan penerapan PSBB.

Ia menambahkan, perbankan butuh waktu cukup lama untuk kembali memulihkan kondisinya seperti sedia kala sebelum adanya pandemi. Paling cepat, ia memperkirakan baru kembali pulih pada 2022 mendatang.

Baca Juga: Kabar pengembalian pengawasan bank ke BI tak berpengaruh ke saham perbankan

Nah, untuk pelaku pasar yang ingin mengoleksi saham perbankan, ia menyarakan untuk mencermati perbankan yang memiliki modal kuat, seperti bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV.

Ia merekomendasikan pelaku pasar untuk membeli saham Bank Central Asia Tbk (BBCA),PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) untuk jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×