kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Maybank Sekuritas Pangkas Target IHSG dan Beri Rekomendasi Saham Usai Tarif Trump


Kamis, 17 April 2025 / 04:30 WIB
Maybank Sekuritas Pangkas Target IHSG dan Beri Rekomendasi Saham Usai Tarif Trump
ILUSTRASI. Suasana di pasar saham Indonesia gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (16/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (16/4/2025). IHSG?ditutup turun 41,63 poin atau 0,65% ke level 6.387,23. Sebanyak 250 saham naik, 331 saham turun, dan?220 tidak bergerak.?KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/04/2025


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara taktis, pasar saham Indonesia masih menunjukkan prospek yang menarik bagi investor meskipun di tengah tantangan global. Analis Maybank Sekuritas dalam riset 16 April 2025 memaparkan, valuasi yang tertekan dibandingkan dengan negara berkembang Asia lainnya di luar China menjadi salah satu daya tarik utama pasar saham Indonesia. 

Namun demikian, target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk akhir tahun 2025 harus diturunkan oleh Maybank Sekuritas dari 7.900 menjadi 7.300. Jeffrosenberg Chenlim Analis Maybank Sekuritas menjelaskan, penurunan target IHSG ini mencerminkan penyesuaian terhadap outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih hati-hati untuk tahun 2025 dan 2026.

Revisi ini juga mempertimbangkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan tarif balasan tinggi dari Amerika Serikat terhadap sekitar 60 negara, termasuk Indonesia yang dikenai tarif sebesar 32%. "Proyeksi pertumbuhan laba bersih inti pasar saham Indonesia pun direvisi turun dari 8,0% secara tahunan menjadi 6,9% pada 2025," ujar Jeffrosenberg dalam riset.

Baca Juga: China Bangun Lebih Banyak PLTU, Ekspor Batubara RI Berpotensi Melonjak 10%

Meskipun ekspor Indonesia ke AS hanya mencakup kurang dari 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2024 US$ 1.492 miliar, tim ekonomi Maybank Sekuritas juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB 2025 sebesar 0,3 poin menjadi 4,7%. Penurunan ini terbilang moderat dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam (-1,0 ppt), Malaysia (-0,6 ppt), dan Singapura (-0,5 ppt).

Namun, AS merupakan pasar utama untuk berbagai sektor ekspor strategis Indonesia. Di industri garmen kontribusi AS sebesar 55%, alas kaki 33%, furnitur 59%, barang kulit 56% dan mesin listrik 28%. "Jika tekanan berlanjut dan terjadi kehilangan lapangan kerja di sektor-sektor tersebut, maka konsumsi rumah tangga domestik berisiko terdampak," pendapat Jeffrosenberg. 

Selain itu, dampak lanjutan dari perang tarif seperti pengalihan ekspor China ke pasar alternatif dapat menyebabkan kelebihan pasokan global, yang berpotensi mengganggu sektor manufaktur dalam negeri Indonesia.

Di tengah tekanan, saham Indonesia justru bisa menjadi peluang investasi yang menarik. Kepercayaan akan ekonomi Indonesia pada konsumsi domestik yang tinggi dan eksposur terbatas terhadap ekspor AS menjadi keunggulan tersendiri. Sejak awal tahun hingga menjelang Liberation Day Donald Trump pada 2 April 2025, IHSG telah turun 11,1% secara tahunan, sementara LQ45 merosot 25% secara tahunan. Ini menjadikan IHSG menjadi indeks berkinerja terburuk di kawasan Asia Pasifik.

Baca Juga: Ditutup Melemah, Simak Proyeksi IHSG Kamis 17/4

Rupiah juga melemah 4,5% terhadap dollar AS sepanjang tahun berjalan menjadikannya mata uang negara berkembang dengan kinerja terburuk kedua setelah Lira Turki.

Menurut Jeffrosenberg, sebagian besar saham blue-chip Indonesia saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik. Untuk saham yang sensitif terhadap suku bunga, investor disarankan mempertimbangkan bank-bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI, serta pengembang properti papan atas seperti PWON, CTRA, BSDE, dan SMRA yang dinilai terlalu dibebani sentimen negatif pasar.

Bagi investor dengan orientasi pertumbuhan, saham BRIS sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, perusahaan unggas seperti JPFA dan CPIN, serta operator rumah sakit seperti HEAL dan MIKA menjadi pilihan yang menjanjikan.

Sementara itu, perusahaan konsumer seperti ICBP dan MYOR dinilai kuat menghadapi tekanan dari impor China. Adapun masuknya barang-barang impor murah dapat menjadi katalis positif bagi ritel seperti ACES.

Baca Juga: China Restui Penambahan PLTU Baru hingga 2027, Pengusaha Batubara Ungkap Dampaknya

Selanjutnya: PNS & PPPK Wajib Tahu, Ini Cara Aktivasi MFA ASN Digital Di Asndigital.bkn.go.id

Menarik Dibaca: Ini Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Kamis 17 April 2025 ke Stasiun Palur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×