kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Menakar Prospek Emiten Logam Industri di Tengah Kisruh Kebijakan Tarif Trump


Minggu, 23 Februari 2025 / 20:56 WIB
Menakar Prospek Emiten Logam Industri di Tengah Kisruh Kebijakan Tarif Trump
ILUSTRASI. Kinerja komoditas logam industri diproyeksikan akan melemah tahun ini disebabkan perlambatan ekonomi China dan sejumlah kebijakan agresif Trump . KONTAN/Cheppy A. Muchlis/14/11/2024


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja komoditas logam industri diproyeksikan akan melemah tahun ini. Perlambatan ekonomi China dan sejumlah kebijakan agresif Trump menjadi signifikansi utamanya.

Dilansir dari London Metal Exchange (LME), harga tembaga kontrak tiga bulan berada di level 9,559.00 per ton atau turun 0,05% dari hari sebelumnya, Jumat (21/2). Sementara harga aluminium tercatat di angka US$ 2,688.00 per ton atau turun 1,45% dari hari sebelumnya, Jumat (21/2).

Lalu, harga timah meningkat 0,84% dari hari sebelumnya ke posisi US$ 33,677.00 per ton perdagangan Jumat (21/2). Kemudian harga seng juga meningkat 0,33% dari hari sebelumnya menjadi US$ 2,928.00 per ton pada perdagangan Jumat (21/2).

Di samping itu, harga nikel mengalami penurunan sebesar 0,94% dari hari sebelumnya hingga berada di posisi US$ 15,517.00 per ton, Jumat (21/2).

Baca Juga: Prospek Sektor Konsumsi Hadapi Tantangan, Begini Rekomendasi Analis

Founder Tradeindo Wahyu Laksono menilai bahwa perang dagang dan ancaman tarif Trump bisa berdampak negatif terhadap komoditas dalam jangka menengah tahun ini. Selain itu, dari kelima komoditas tersebut, pergerakan harga tembaga pada tahun 2025 dapat memperpanjang penurunannya setelah mencapai rekor tertinggi pada bulan Mei 2024 lalu.

“Penurunan ini bisa lebih lanjut terjadi selama beberapa bulan ke depan, karena tembaga merupakan komponen utama dalam pembuatan kendaraan listrik dan jaringan listrik yang justru mendapat tekanan dari pemerintahan Trump yang kurang peduli terhadap keberlanjutan,” Terang Wahyu kepada Kontan.co.id, Sabtu (22/2).

Wahyu juga mencermati tingkat inflasi yang tinggi, suku bunga yang meningkat, dan dolar AS yang menguat akan membebani pergerakan harga komoditas di pasar logam. Dalam perkiraannya, faktor-faktor eksternal itu kemungkinan akan terjadi pada tahun 2025.

“Dan ini memungkinkan harga tembaga bisa melemah pada paruh kedua tahun ini.” Ujar Wahyu.

Selain itu, berkaca pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini, emiten logam industri, khususnya baja juga berpotensi melemah. Tetapi Wahyu menegaskan bahwa dalam jangka panjang pergerakan komoditas logam industri masih sangat potensial.

Baca Juga: Melihat Arah Pasar Saham di Sisa Kuartal I, Cermati Rekomendasi Saham Berikut

“Karena bagaimanapun kan komoditas ini adalah komponen vital bagi industri dan tren teknologi secara global. Jadi jika secara fundamental masih bagus, kinerjanya baik, valuasinya juga menarik, maka pada harga tertentu akan sangat potensial untuk dikoleksi dalam jangka panjang.” Tegas Wahyu.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan Analis bahwa secara eksternal volatilitas yang terjadi di industri logam tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi global, terutama China sebagai konsumen komoditas terbesar di dunia.

Kepastian akan pertumbuhan ekonomi China secara signifikan mempengaruhi permintaan, dan pada gilirannya akan berimbas pada pergerakan harga komoditas logam industri.

“Untuk saat ini, dari sisi perkembangan global, saya lihat posisi emiten2 pada dasarnya masih seimbang, karena industri pertambangan logam yang memang bersifat jangka panjang, Namun demikian dari semua logam, emas tentunya akan berbeda, harga dan permintaan yang meningkat akan sangat mendukung kinerja emiten yang memiliki bisnis besar di emas. Jadi, untuk saat ini, emiten seperti Antam, Amman dan MDKA cukup menjanjikan dan potensial.” Ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2).

Baca Juga: Tingkat Konsumsi Masih Lesu, Simak Rekomendasi Sejumlah Emiten Consumer dari Analis

Sementara Wahyu merekomendasikan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Timah Tbk (TINS). Secara teknikal, MDKA mencetak kinerja top line yang positif hingga kuartal III – 2024, meskipun dari sisi bottom line masih negative.

MDKA juga mencetak pendapatan bersih senilai US$ 1,66 miliar per September 2024 lalu. Angka ini naik 42,5% bila dibandingkan pada posisi yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,17 miliar.

Sementara TINS mencatatkan laba bersih sebesar US$ 909 miliar pada kuartal III – 2024. Perolehan ini dapat mengembalikan kerugian Rp87 miliar pada periode yang sama di tahun lalu.

Kemudian dari sisi teknikal, kinerja bottom line yang positif itu tidak terlepas dari kinerja top line yang juga tercatat tumbuh 29% yoy menjadi Rp8,25 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini, dari sebelumnya Rp6,37 triliun.

Perolehan ini ditorehkan di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 15% dari US$ 27.017 per ton di kuartal III – 2023 menjadi US$ 31.183 per ton di kuartal III – 2024.

“Secara harga memang melemah, tetapi jika ditarik secara lebih dalam, semakin oversold ini justru semakin potensial dibeli untuk jangka panjang dengan menerapkan strategi buy on weakness. Jadi secara teknikal, bagi emiten MDKA bisa entry pasar dan beli di bawah Rp 1.500 dengan asumsi buy and hold. Sementara untuk TINS, secara konsolidatif harga berada di rentang Rp 500 – Rp 1.600. Jadi dengan strategi yang sama, investor bisa entry pasar dan beli dibawah Rp 600.” Tutup Wahyu.

Selanjutnya: Inovasi Digitalisasi Layanan Asuransi BRI Life Raih Indonesia Best Digital Awards2025

Menarik Dibaca: Shopee Gelar Ramadan Competition Bagi Konten Kreator, Berhadiah THR Rp 10 Miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×