kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.591.000   6.000   0,38%
  • USD/IDR 16.340   25,00   0,15%
  • IDX 7.182   11,08   0,15%
  • KOMPAS100 1.058   -1,55   -0,15%
  • LQ45 834   0,83   0,10%
  • ISSI 213   -0,32   -0,15%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 513   2,60   0,51%
  • IDX80 121   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 123   -0,29   -0,24%
  • IDXQ30 141   0,25   0,18%

Menakar Efek Trump 2.0 dan Potensi January Effect di Pasar Saham


Selasa, 21 Januari 2025 / 20:38 WIB
Menakar Efek Trump 2.0 dan Potensi January Effect di Pasar Saham
ILUSTRASI. Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus berlanjut. IHSG berhasil menguat dalam lima hari perdagangan secara beruntun.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus berlanjut. IHSG berhasil menguat dalam lima hari perdagangan secara beruntun. 

IHSG menutup perdagangan Selasa (21/1), dengan menguat 0,15% ke posisi 7.181,82. Sepanjang tahun berjalan ini, IHSG sudah menguat 1,44%. 

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan Trump Effect tidak secara langsung berdampak ke Indonesia, kalaupun ada efeknya minim. 

Pelaku pasar pun masih menunggu atau wait and see terhadap kebijakan Trump ke depannya. Khususnya, kebijakan perdagangan yang berkaitan dengan negara lain. 

“Respons pasar bukan positif juga terhadap Trump, tetapi lebih ke arah wait and see. Pasar melihat ketegasan kebijakannya yang berdampak ke negara lain,” kata Audi, Selasa (21/1). 

Baca Juga: Investor Berharap Penurunan BI Rate Dongkrak Kinerja Keuangan Bank di 2025

Audi mencermati pergerakan IHSG beberapa hari belakangan ini lebih didorong oleh euforia terhadap kebijakan Bank Indonesia (BI) yang agresif dengan memangkas suku bunga 25 bps.

Dia memproyeksikan, January Effect tahun ini tampaknya tidak akan terjadi karena sikap pasar yang masih wait and see karena menanti arah kebijakan pemerintahan baru, baik di Indonesia maupun AS.

“IHSG tidak kemana-mana, kemungkinannya kecil terjadi karena January Effect dengan window dressing saling berkaitan dan ternyata rebalancing fund manager tidak melakukan rebalancing secara signifikan,” tutur Audi. 

Adityo Nugroho, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas menilai sebenarnya ada kaitannya pelantikan Trump, tetapi lebih kepada sell on news terhadap pelantikannya. 

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.181 Hari Ini (21/1), BBRI, BREN, TLKM Paling Banyak Net Buy Asing

Pasalnya, dolar Amerika Serikat (AS) semakin kuat pasca kemenangan Trump membuat pasar ekuitas Indonesia didera outflow dan kembali ke AS. 

“Dengan dilantiknya Trump, maka pasar sebenarnya sudah priced-in dan berpotensi kembali ke emergings market untuk mencari return yang menjanjikan,” kata Adit kepada Kontan.co.id.

Adit mencermati dengan posisi IHSG saat ini dan harga saham-saham bluechip yang punya fundamental baik bisa menjadi daya tarik bagi investor asing.

“Ini membuat valuasi saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi menarik dan berpotensi kembali menarik arus dana asing ke pasar ekuitas Indonesia,” ucapnya. 

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Perdagangan Rabu (22/1), Ini Rekomendasi Saham Untuk Esok

Chief Economist & Head of Fixed Income BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto menambahkan, penurunan indeks dolar AS salah satunya disebabkan dari sikap Trump terhadap China yang tidak separah ekspektasi pasar.

“Di mana penurunan indeks dolar AS harusnya akan membawa dampak positif terhadap kestabilan rupiah, yang menjadi faktor dominan bagi investor luar negeri,” katanya.

Selain penurunan indeks dolar AS, lanjut Helmy, yuan yang mulai berbalik arah menjadi moderat juga menjadi katalis positif tambahan bagi perkembangan nilai tukar rupiah.

Memang ada ekspektasi pemangkasan suku bunga BI, membuat rupiah kembali melemah. Tapi nyatanya, pergerakan indeks dolar AS dan penguatan Yuan menjadi faktor penetral rupiah. 

Helmy memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam angka yang positif di rentang Rp 16.000–Rp 16.100 sepanjang 2025. Namun pergerakan rupiah juga masih menunggu beberapa kebijakan ke depannya. 

Selanjutnya: Reli Bitcoin Mendingin karena Trump Tak Sebut Kebijakan Terkait Kripto

Menarik Dibaca: Begini Jurus BCA Mendorong Pengembangan UMKM di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×