kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   45,00   0,29%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Menakar Capres Favorit Pasar Modal Indonesia pada Pemilu 2024


Kamis, 01 Februari 2024 / 05:10 WIB
Menakar Capres Favorit Pasar Modal Indonesia pada Pemilu 2024
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia. Intip Pendapat Analis Terkait Capres Favorit Pasar Modal


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 tinggal menghitung hari. Prediksi pasangan calon presiden dan wakil presiden favorit pasar modal semakin ramai diperbincangkan.

Asal tahu saja, Pilpres 2024 diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden. Paslon 1 adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Paslon 2 adalah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Paslon 3 adalah Ganjar Pranowo-Mahfud MD. 

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan bahwa sulit untuk menentukan konsensus pilihan pasar modal terhadap Pilpres. Menurutnya, terdapat perbedaan jargon antara perubahan dan keberlanjutan. Jargon "keberlanjutan" cendrung memberikan risiko ketidakpastian yang lebih rendah karena relatif lebih dapat diprediksi dibandingkan jargon "perubahan".

Baca Juga: Intip Pendapat Analis Terkait Capres Favorit Pasar Modal

"Faktor terbesar ekspektasi pasar terhadap event Pilpres bukan kepada siapa kandidat yang dijagokan, karena masing-masing substansi program kandidat punya arah yang sama yaitu mengkapanyekan pasar modal yang lebih baik ke depan begitu juga untuk pertumbuhan ekonomi ke depan dan iklim usaha yang lebih baik," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1).

Namun, faktor terbesarnya adalah bahwa Pilpres berjalan dengan kondusif dengan stabilitas politik pasca Pemilu tetap stabil. Alfred bilang, tidak ada preferensi khusus atau pertimbangan kelayakan antar paslon. 

"Apalagi ke tiga calon adalah calon yang belum pernah menjadi Presiden sehingga track record kepemimpinannya hanya bisa dilihat dari posisi sebelumnya yang tidak memiliki eksposur kuat terhadap permasalahan ekonomi nasional, sehingga masih sulit mengukur kepemimpinan ekonomi secara nasionalnya," tuturnya.

Menurutnya Capres 1 punya tagline perubahan yang berbeda dengan Paslon 2 dan Paslon 3 yang hanya melanjutkan. Perubahan tersebut dinilai lebih besar ketidakpastiannya daripada yang hanya ingin melanjutkan, karena "melanjutkan" lebih mudah diprediksi terkait arah kebijakan pemerintah ke depan. 

Baca Juga: Intip Prediksi Capres Favorit Pasar Modal dan Saham yang Kena Dampak Positif

Lebih lanjut, Alfred melihat Paslon 2 adalah representasi Jokowi yang merupakan Presiden dua priode sebelumnya. Pada dua periode sebelumnya yang dimenangkan oleh Joko Widodo, IHSG merespon positif terhadap hasil Pilpres tersebut meskipun sifatnya sementara.

"Dan perlu menjadi catatan, Jokowi punya presepsi yang kuat terhadap sektor infrastruktur, sehingga imbas terhadap sektor infrastruktur cukup terlihat saat itu," lanjut dia.

Pada pilpres 2014, IHSG di bulan Juli 2014 saat hasil rekapitulasi diumumkan naik 4%. Pada Pilpres 2019 hasil rekapitulasi di bulan Mei 2019 IHSG terkoreksi karena adanya gugatan terhadap hasil dan begitu sudah diputuskan IHSG di bulan Juni menguat 2,4%.

"Prediksi saya pengaruh hasil Pilpres kali ini terhadap IHSG akan kecil atau rendah meskipun ini Pilpres kali ini menghasil pemerintah yang baru. IHSG cendrung lebih responsif terhadap potensi sentimen negatif dari Pilpres," tegasnya.

Ia mengharapkan Pemilu kali ini hanya berjalan satu putaran saja, namun jika memang terjadi dua putaran, menurutnya tidak akan terjadi kekhawatiran yang besar terhadap pasar modal, selama Pemilu berjalan dengan lancar.

Alfred menilai, hasil kemenangan Paslon 2 dan Paslon 3 berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar, meskipun sifatnya hanya sementara saja. Ia meyakini bahwa proses Pemilu kali ini akan berjalan dengan kondusif.

"Pemilu yang dilaksanakan di tahun ini, seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga yang akan menjadi tenaga yang kuat untuk pemulihan atau percepatan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2025. Jadi menurut saya, yang diperlukan lebih kepada Pemilu yang berjalan aman dan baik, supaya kita bisa ikut dalam momentum tersebut," katanya.

Baca Juga: Dirut Trimegah Sekuritas: Investor Wajib Pahami Kondisi Politik dan Dampak Ekonomi

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menimpali bahwa  capres pilihan pasar tergantung dari survei kepuasan kinerja Jokowi selama menjabat dua periode.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti utama indicator politik Indonesia yaitu Prof. Burhanuddin Muhtadi yang menghasilkan Tingkat kepuasan kinerja Jokowi di atas 75%, angka tersebut bisa dibilang cukup bagus. Respons pasar saham ketika Jokowi terpilih pilpres juga selalu positif.

"Dari situ bisa dilihat bahwa yang menjadi penerus program Jokowi dan bisa menyempurnakannya. Perlu kita ketahui Jokowi ada kader partai PDIP, sedangkan Capres yg berasal dari kader PDIP adalah Ganjar Pranowo yang secara peluang besar akan meneruskan program Jokowi dan bisa menyempurnakan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1).

Adapun terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang saat ini ada beberapa pihak yang bisa saja akan merevisi rencana pembangunan IKN. Sedangkan Capres yang berada di pihak Jokowi akan siap melanjutkan IKN dan melanjutkan program hilirisasi, Capred tersebut yaitu Prabowo Subianto.

Baca Juga: Dolar AS Menguat, Reksadana Pendapatan Tetap dan Saham Paling Cocok untuk Dikoleksi

"Sedangkan di satu pihak yaitu Anies Baswedan akan mengusung perubahan, terutama masalah IKN yang menurut timnya ini akan dikaji ulang seperti apa kelanjutannya," tuturnya.

Selain itu, pertimbangan Capres yang dinilai layak dan memiliki nilai tambah untuk menjadi presiden selain memiliki pengalaman, yaitu tidak mudahnya disetir terkait kebijakan perdagangan internasional bidang ekspor dan impor.

"Ambil contoh pemerintah Jokowi yang berani ambil langkah hilirisasi nikel dan banyak pihak asing yang tidak senang atas kebijakan tersebut dan mereka bisa melakukan perlawanan melalui kebijakan mereka nantinya," lanjut dia.

Sukarno memiliki pandangan yang sama dengan Alfred, siapapun presiden yang akan terpilih, selama tercipta suasana yang kondusif dan tidak menimbulkan kekacauan respon pasar akan tetap positif.

Baca Juga: Pengamat Pasar Modal: Investor Asing Masih Wait and See Jelang Pemilu 2024

Menurut Sukarno, harapan pelaku pasar modal adalah Capres bisa meningkatkan investasi di sektor riil, terutama di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi lalu mempermudah akses permodalan bagi UMKM dan perusahaan rintisan, serta meningkatkan literasi keuangan bagi masyarakat, memperkuat penegakan hukum dan peraturan pasar modal, meningkatkan peran pasar modal dalam pembiayaan infrastruktur, dan pembangunan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×