kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat prospek Ramayana setelah gandeng SPAR


Kamis, 25 September 2014 / 10:39 WIB
Melihat prospek Ramayana setelah gandeng SPAR
ILUSTRASI. The U.S. arm of cryptocurrency exchange Binance is struggling to find a bank to handle its customers' cash after the failure of Signature Bank last month.


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Persaingan bisnis ritel makin ketat dan berlomba-lomba mengembangkan bisnis mereka. Agar bisa bersaing, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), pada 1 September 2014, mengumumkan bermitra dengan perusahaan supermarket asal Belanda, SPAR International B.V.

Melalui kerjasamanya tersebut, RALS akan mengubah supermarket miliknya menjadi SPAR Supermarket atau SPAR Robinson. Sekadar informasi, saat ini RALS sudah memiliki total 118 gerai Ramayana dan Robinson di seluruh Indonesia.

Dari total gerai itu, hanya 98 gerai yang memiliki layanan supermarket di dalamnya. Tapi yang akan diubah menjadi SPAR Supermarket hanya 30 gerai dalam jangka waktu tiga tahun ke depan.

Tiesha Narandha Putri, analis Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan, kerjasama RALS dengan SPAR sudah tepat. Apalagi, SPAR adalah perusahaan besar dan mendunia. Saat ini jaringan gerai SPAR mencapai 12.332 gerai di 36 negara di seluruh dunia.

Ini akan berdampak positif bagi performa RALS ke depan. "Tapi efeknya tak bisa dirasakan secepatnya, agak lama," kata Tiesha. Maklum, bisnis supermarket RALS masih merugi. Sedangkan kerjasama dengan SPAR baru terealisasi tiga tahun lagi. 

Persaingan ritel
Anindya Saraswati, analis Danareksa Sekuritas, mengatakan kerjasama ini akan berefek positif karena SPAR memiliki catatan keberhasilan di seluruh dunia. SPAR China dan Rusia, misalnya, tahun lalu tumbuh 19% dan 18% ketimbang tahun sebelumnya. 

Tiesha percaya, ke depan pendapatan RALS dari bisnis supermarket bisa lebih besar ketimbang department store. Mengenai Ramayana Supermarket yang masih merugi, menurutnya karena masih belum bisa bersaing dengan pasar tradisional. 

Maklum, banyak gerai Ramayana masih berada di dekat pasar tradisional. Konsumen yang ingin belanja sayuran dan buah yang fresh lebih memilih ke pasar tradisional.

Menurut Tiesha, bisnis supermarket RALS tersebut masih kalah dari para kompetitor. "Masih membutuhkan waktu menjadi market leader seperti Carrefour dan Hypermart," jelasnya.

Sekadar informasi, RALS hanya akan membayar lisensi yang disebut sebagai biaya keanggotaan  SPAR Internasional. Sedangkan SPAR sendiri wajib memberikan jasa manajerial. 

Analis RHB OSK Securities Indonesia Andrey Wijaya dalam risetnya pada 11 September 2014 mengatakan, untuk membiayai dana lisensi itu, RALS mengambil dari dana belanja modal perusahaan sekitar Rp 5 miliar per gerai. Desember mendatang SPAR Supermarket perdana akan di buka di gerai Ramayana di Jabodetabek.

Tiesha menargetkan, pendapatan perseroan dapat tumbuh sekitar 8% menjadi sekitar Rp 6,48 triliun di tahun ini. Sedangkan laba bersih bisa naik sekitar 5% menjadi Rp 407,57 miliar.

Tiesha merekomendasikan hold untuk saham RALS dengan target harga Rp 1.150 per lembar. Anindya merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.140 per lembar. Sedangkan Andrey merekomendasikan neutral, dengan target harga di Rp 1,130 per lembar. Rabu (24/9), saham RALS naik 0,51% ke level 
Rp 980 per saham.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×