Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Terlahir dari keluarga berada, tidak berarti manja di masa muda. Demikian pengalaman Megain Widjaja, Direktur Utama Bursa Berjangka Komoditas dan Derivatif Indonesia atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX). Ketika menempuh bangku kuliah di Amerika Serikat (AS), ia bekerja paruh waktu untuk menambah uang saku.
Kala itu, pria berkacamata ini bekerja pada sebuah perusahaan berbasis investasi. Dari situ, Megain mendapat banyak pengetahuan tentang berinvestasi. Sejak itu, ia pun mulai disiplin menyisihkan sebagian pendapatan yang diraih pada program Dividend Reinvestment Plan (DRIPs).
DRIPs merupakan program investasi yang memungkinkan investor untuk menginvestasikan kembali dividen tunai yang mereka raih dari berinvestasi saham. Caranya dengan membeli saham tambahan atau saham pecahan pada tanggal pembayaran dividen.
Setiap bulan, dia menyisihkan US$ 100 untuk menambah investasi. Kala itu pada 2005, Megain masih berusia 24 tahun dan belum banyak mengetahui soal investasi tersebut. Tahun pertama berjalan, dia merugi. "Saya rugi saat itu karena harga saham sedang jatuh. Namun karena niatnya bukan trading, jadi saya tetap disiplin menabung US$ 100 per bulan," ujar dia.
Investor agresif
Setelah pengetahuannya tentang dunia finansial bertambah, pria kelahiran Surabaya itu, makin jatuh cinta dengan dunia investasi. Dia terus mempelajari berbagai macam instrumen investasi baru seperti instrumen investasi di pasar uang, komoditas dan berbagai macam jenis reksadana.
Pada tahun yang sama, Megain mulai mencoba berinvestasi di bursa berjangka komoditas. Ia memilih minyak mentah sebagai produk investasi di bursa itu. Harga minyak pada saat itu masih di harga US$ 45 per barel.
Dalam beberapa tahun, dia meraup keuntungan karena harga minyak mentah terus naik. Rata-rata imbal hasil yang dia dapatkan hingga akhir tahun 2006 mencapai 50%. "Ini adalah investasi yang risikonya sangat tinggi. Namun karena masih sangat muda, saya agresif," ujar dia.
Setelah menyelesaikan kuliah di Seattle University, Megain lantas kembali ke tanah air. Dia mulai membangun bisnis dengan mendirikan perusahaan media berbasis iklan bernama Focus Media. Dari situ dia kembali membiakkan uangnya di beragam instrumen investasi.
Perjalanan karir pria berumur 31 tahun ini bisa dibilang cukup mulus. Tak jauh-jauh, ketertarikannya di dunia investasi mendorong Megain untuk mendirikan ICDX pada 2009. Ini merupakan bursa perdagangan komoditas dan derivatif di Indonesia.
Sebagai sosok yang begitu mendalami dunia finansial, Megain menyebar kue investasinya. Sebesar 40% berada di instrumen pasar uang dan obligasi. Lalu, 40% investasi ditempatkan dalam bentuk saham. Sementara, sisa 20% ditempatkan di bursa komoditi.
Megain menghitung, investasi di instrumen pasar uang minimum bisa mencetak return sebesar 5% per tahun, sementara di pasar saham rata-rata return yang bisa diperoleh mencapai 15% per tahun. “Nah, untuk komoditi minimum returnnya mencapai 30%, tetapi juga sangat beresiko,” jelasnya.
Dalam berinvestasi, Megain sangat memperhatikan faktor fundamental.Beberapa negara yang kondisi fundamentalnya masih stabil, menurut Megain, adalah Brasil, Rusia, India, China, dan Indonesia. “Saat ini, saya memilih saham-saham emiten sektor perbankan, energi, komoditas, serta infrastruktur," kata dia.
Menurut Megain , mengetahui tujuan sekaligus disiplin kunci utama kesuksesan dalam kegiatan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News