kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

MBTO siapkan capex Rp 53,2 miliar tahun ini


Rabu, 13 Januari 2016 / 15:29 WIB
MBTO siapkan capex Rp 53,2 miliar tahun ini


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tahun ini, PT Martina Berto Tbk (MBTO) menyiapkan capital expenditure (capex) senilai Rp 53,3 miliar. Angka itu akan digunakan untuk operasional dan melakukan ekspansi bisnis, salah satunya adalah pembelian mesin dan alat produksi.

Bryan Tilaar, Direktur Utama MBTO mengatakan bahwa pendanaan untuk capex pada tahun ini akan berasal dari kas internal dan leasing. Selain untuk mengakuisisi brand baru, MBTO juga akan menggunakan capex untuk menambah dua hingga tiga gerai Martha Tilaar Shop, melakukan renovasi, dan operasional.

"Capex Rp 53,2 miliar, terdiri atas mesin, bangunan, kendaraan ya kurang lebih itu. Sumbernya dari kas internal dan leasing," ujarnya, Rabu (13/1).

Menurutnya, pada tahun ini MBTO juga akan fokus untuk melakukan efisiensi, khususnya di sektor manufacturing. Dengan begitu dirinya berharap perseroan bisa melakukan cost saving, sebab capex akan dioptimalkan kepada pembelian mesin dan alat produksi.

"Di manufacturing ya berharap cost saving, karena banyak yang kita bisa saving. Efisiensinya adalah dengan memperbaiki supply chance, sehingga kita pakai tenaga kerjanya lebih tepat," lanjutnya.

Nantinya, dengan melakukan perbaikan supply chance waktu produksi akan lebih efisien dengan sinkronisasi antara supply barang dan orang yang bekerja. Sehingga, ke depan perseroan tidak perlu membayar over time karyawan dan beban energi yang tidak efisien.

"Jangan sampai orangnya sudah siap tapi barangnya belum datang, atau barangnya siap, orangnya belum siap. Itu enggak bisa sinkron dan akan menghambat waktu. Selain itu kita mesti bayar over time, listrik hidup lebih lama. Itu akan kita perbaiki, sehingga match produknya, bahan baku, tenaga kerja dan order dari marketing," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×