Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Martina Berto Tbk (MBTO) bakal menaikkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini. Kenaikkan belanja modal dilakukan seiring dengan mulai beroperasinya pabrik jamu di Cikarang.
Corporate Secretary Martina Berto, Desril Mochtar menjelaskan, nilai belanja modal tahun ini mencapai kurang lebih Rp 80 miliar. Jumlah belanja modal emiten kosmetik ini naik sekitar dua kali lipat dibanding tahun lalu. Sebelumnya belanja modal Martina Berto untuk menjalankan operasional bisnis hanya sekitar Rp 40 miliar per tahun.
Pabrik baru di Cikarang baru menambah pos anggaran belanja modalnya yang juga sekitar Rp 40 miliar, dan mulai dimasukan pada pembukuan tahun ini. Sekadar catatan, belanja modal tersebut akan digunakan untuk maintenance operasional bisnis perseroan. Sejauh ini perusahaan ini belum memiliki rencana ekspansif lainnya selain menunggu ekskusi pembentukan joint venture (JV) perusahaan produsen kapas.
Seperti diketahui, MBTO berencana menjadi produsen kapas dengan membentuk JV bersama perusahaan lain, namun hingga saat belum bisa direalisasi. Ini artinya, rencana tersebut kembali molor. Padahal manajemen telah memiliki kesiapan dana, sekitar Rp 21 miliar untuk memuluskan rencananya itu.
Desril bilang, molornya rencana tersebut lantaran proses negosiasi dengan perusahaan terkait terus menemukan kendala. Awalnya, skema yang bakal dibentuk adalah JV, tapi kemudian berubah lagi. Perusahaan tersebut tidak ingin membentuk JV tapi MBTO yang masuk ke perusahaan tersebut.
"Intinya, sih soal kecocokan harga. Ini akan kami tunggu hingga RUPS Juni nanti. Kalau masih belum bisa menemukan kesepakatan, mungkin kami akan mencari alternatif lain atau perusahaan lain," tutur Desril.
Selain dari penjualan melalui core bisnisnya, yakni penjualan kosmetik, saat ini MBTO sudah mulai bisa mendapuk pendapatan dari pabrik jamu barunya di Cikarang, Jawa Barat.
Pabrik yang menghabiskan nilai investasi Rp 20 miliar memiliki kapasitas produksi hingga 269 ton per tahun. Untuk tahap awal, tingkat produksinya tidak akan dipasang hingga mencapai level tersebut. Kontribusi penjualan dari pabrik barunya ini pun juga tidak dipatok terlampau tinggi.
Sebab, secara harga produk kosmetik dan jamu herbal pun sudah jauh rentangnya. Sama-sama satu truk misalnya, tapi harganya tetap lebih mahal kosmetik ketimbang jamu. "Jadi, kontribusinya tahun ini sekitar 2%," imbuh Desril.
Untuk catatan, manajemen mematok target pertumbuhan penjualan tahun ini sebesar 9% hingga 10%. Jika target penjualan tahun lalu yang sebesar Rp 705,41 miliar, berarti angka penjualan yang dibidik MBTO tahun ini sebesar Rp 768,89 miliar-Rp 775,95 miliar. Dus, kontribusi penjualan jamu dari pabrik baru tersebut sekitar Rp 15,38 miliar-Rp 15,52 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News