CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.926   -32,00   -0,20%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Mayoritas saham emiten LQ45 naik karena window dressing, cermati prospeknya


Minggu, 29 Desember 2019 / 20:21 WIB
Mayoritas saham emiten LQ45 naik karena window dressing, cermati prospeknya
ILUSTRASI. Kendaraan melintasi layar pergerakan saham di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (16/12/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,23 persen atau 14,27 poin ke level 6.211,59.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perdagangan saham pada akhir tahun kerap kali diwarnai aksi window dressing oleh emiten maupun fund manager demi memberikan laporan terbaik.

Salah satunya caranya adalah dengan mengeluarkan saham-saham berkinerja kurang bagus dan menggantinya dengan saham-saham berkinerja baik.

Baca Juga: Antisipasi volatil, Jiwasraya akan kurangi investasi di saham

Alhasil, saham-saham yang masif dikoleksi tersebut berpeluang menorehkan kenaikan harga. Hal tersebut dapat terlihat dari saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45.

Dalam sebulan ke belakang, dari 45 anggota indeks tersebut, 39 emiten mencatatkan pertumbuhan harga. Maklum saja, untuk memperbaiki portofolionya, para pelaku pasar biasanya memanfaatkan saham-saham blue chip.

PT Medco Energi Interna (MEDC) menjadi emiten yang mencatatkan kenaikan tertinggi, yakni 27,34% ke level Rp 885 per saham. Disusul oleh PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang naik 24,22% ke Rp 1.795 per saham dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang tumbuh 22,01% ke Rp 1.580 per saham.

Meski mayoritas emiten LQ45 telah menorehkan kenaikan harga, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, ada sejumlah saham yang berpeluang untuk mencetak harga yang lebih tinggi lagi.

Baca Juga: Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?

Mereka adalah ADRO, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan saham-saham perbankan terutama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Untuk ADRO, prospek kenaikan harga sahamnya didorong oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai menemukan titik terang.

Pasalnya, pada 24 Desember 2019, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya akan menandatangani kesepakatan dagang Fase I secepatnya. Hal ini diprediksi akan membuat konsumsi batubara China kembali meningkat.

Baca Juga: Sambut January effect 2020, berikut rekomendasi analis

"Di sisi lain, secara fundamental, ADRO masih sangat murah. Hal itu terlihat dari PER yang masih di level 6x setelah kenaikan yang cukup," ucap Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/12).

Sementara itu, kenaikan harga saham BSDE ke depannya ditopang oleh isu penurunan bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) pada 2020.

Untuk WIKA, Chris memprediksi, kenaikan harga sahamnya akan didukung oleh proyek-proyek WIKA yang masih tergolong banyak dan pendapatan yang stabil jika dibandingkan dengan peer-nya.

Sementara itu, pertumbuhan harga saham BMRI ditopang oleh price to earning ratio (PER) yang masih tergolong rendah dengan kinerja keuangan yang baik.

Per kuartal III-2019, BMRI  mencatatkan laba hingga Rp 20,3 triliun atau tumbuh 11,9% dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 18,1 triliun.

Baca Juga: Analis prediksi obligasi negara pada 2020 masih jadi pilihan menarik, ini alasannya

Sebagai informasi, per Jumat (27/12), PER ADRO berada di level 6,58x, BSDE 7,97x WIKA 10x, dan BMRI 13,39x.

Tak berhenti sampai di situ, Chris juga melihat ada saham-saham yang belum naik terlalu signifikan pada Desember ini, tetapi menarik untuk dikoleksi.

Mereka adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Menurut dia, harga saham GGRM dan HSMP saat ini tidak menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Pasalnya, kedua emiten rokok ini masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan.

"Hal ini memungkinkan laporan keuangan tahunannya juga akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Dengan melihat prospek tersebut, investor mulai sadar bahwa harga GGRM dan HMSP saat ini sangat murah," kata dia. Per Jumat (27/12), PER GGRM adalah 10,61x dan HMSP 18,21x.

Baca Juga: Ada January effect di 2020, saham-saham ini layak dilirik

Untuk PTBA, kenaikan harga sahamnya akan didirong oleh sentimen yang sama dengan ADRO, yakni membaiknya hubungan dagang AS dan China. 

"Kalau UNTR, tambang emasnya akan memberikan kenaikan porsi pendapatan sehingga diprediksi akan mencatatkan laporan keuangan yang lebih baik," ucap Chris.

Baca Juga: Periode pergantian tahun, bagaimana nasib IHSG pekan depan?

Ia merekomendasikan buy terhadap semua saham tersebut dengan target harga GGRM Rp 67.000 per saham, HMSP Rp 2.400, PTBA Rp 2.900, ADRO Rp 2.000, UNTR Rp 28.000, BMRI Rp 8.500, WIKA Rp 2.400, BSDE Rp 1.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×