kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?


Minggu, 29 Desember 2019 / 10:51 WIB
Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/10/2019). Kinerja IHSG yang menguat sejak awal bulan Desember tidak bisa menjadi cerminan perdagangan sepanjang tahun 2019.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pergantian tahun, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tancap gas. Selama bulan Desember 2019, dalam catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sudah naik 5,28% ke level 6.329,31 hingga Jumat (27/12).

Hanya saja, kinerja IHSG yang menguat selama Desember 2019 ini tidak bisa menjadi cerminan perdagangan sepanjang tahun 2019. Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengamati pergerakan IHSG sepanjang tahun ini cenderung fluktuatif. "Bulan ini saja yang bagus ya," kata Suria ketika dihubungi Kontan.co.id.

Sesungguhnya, lanjut Suria, kinerja IHSG yang apik juga terjadi di bulan-bulan awal seperti Januari dan Februari 2019. Namun setelahnya, pasar saham terus menurun hingga November 2019. Baru memasuki bulan Desember, IHSG mulai rebround terbantu dengan window dressing.

Baca Juga: Periode pergantian tahun, bagaimana nasib IHSG pekan depan?

Sepanjang pengamatan Suria selama 10 tahun terkahir, pada akhir tahun IHSG selalu menguat. Rata-rata naik sekitar 3%.

IHSG yang fluktuatif di tahun ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Yang paling signifikan adalah perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Bahkan hal-hal yang selama ini dipandang kecil seperti tweet Presiden AS Donald Trump, bisa membuat pasar gerah.

Faktor lain yang membuat IHSG bergerak fluktuatif adalah earning per share (EPS) atau laba per lembar saham emiten di BEI yang kurang mengesankan.

" Ya sekitar 3% katakanlah," kata Suria lagi. Padahal, di awal tahun EPS diharapkan bisa mencapai 10%. EPS yang kurang mengesankan menjadi cerminan performa perusahaan-perusahaan yang tidak bisa menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang tinggi.

Baca Juga: Stabilitas jasa keuangan diklaim terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi dunia

Rendahnya EPS membuat pergerakkan IHSG tidak ke mana-mana. Sehingga,  IHSG yang pada mulanya diharapkan bisa menyentuh level 6.800 kemudian dikoreksi menjadi 6.500. Hingga akhirnya pasar musti puas dengan IHSG yang berada di level 6.300.




TERBARU

[X]
×