Reporter: Yura Syahrul,Andrie Indradi,Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test
JAKARTA. Malayan Banking Berhad (Maybank) memberikan kado Lebaran yang sungguh pahit kepada masyarakat pasar modal di Indonesia. Bank asal negeri jiran itu tidak jadi menutup transaksi akuisisi 55,6% saham PT Bank International Indonesia Tbk (BNII), yang seharusnya berakhir Jumat (26/9). Sebab, Maybank ingin menegosiasikan ulang harga pembelian saham senilai Rp 13,9 triliun tersebut. Akibatnya, harga saham BII anjlok 34,04% dalam satu hari perdagangan, Jumat (26/9).
Pagi kemarin, Maybank melayangkan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Isinya menyatakan, persetujuan Bank Negara Malaysia (BNM) kepada Maybank, 16 September lalu, untuk melanjutkan proses akuisisi BII dengan dua syarat. Yaitu, Maybank memperoleh perpanjangan waktu untuk memenuhi semua persyaratan dalam perjanjian akuisisi dengan Fullerton Financial Holdings Pte. Ltd dan Kookmin Bank, yang telah diteken 26 Maret lalu.
Sebab, Maybank ingin menegosiasikan ulang untuk memperoleh persetujuan baru mengenai harga pembelian saham BII. "Sehingga tidak menimbulkan kerugian substansial," kata Hazimi bin Kassim, Executive Vice President Head Corporate & Strategic Planning Maybank, dalam surat kepada BEI tersebut. Dia bilang, permintaan BNM dalam surat bertanggal 25 September itu berdasarkan kondisi pasar finansial yang memburuk belakangan ini. Dengan kata lain, kalau proses akuisisi dilanjutkan dengan harga kesepakatan awal Rp 510 per saham maka bisa merugikan Maybank. Namun, beberapa analis menduga Maybank kesulitan mencari pendanaan untuk membayar akuisisi tersebut.
Berdasarkan pemberitahun tersebut, BEI langsung bergerak cepat. Otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan atau suspend saham BII selama sesi pertama kemarin. Langkah serupa berlaku untuk saham Maybank di bursa Malaysia, dan Kookmin di bursa Korea.
Dan, sudah bisa ditebak, saat suspend dicabut pada sesi kedua perdagangan, harga saham BII anjlok. Investor berbondong-bondong melepas sahamnya dengan volume penjualan satu juta lot saham pada harga Rp 310 per saham. Namun, tak ada investor yang berminat membelinya. Alhasil, harga saham BII anjlok 34,04% atau Rp 160 per saham dan terkapar di posisi Rp 310 per saham. Total nilai transaksi saham BII sebanyak Rp 224,3 miliar atau 7% dari total nilai transaksi di bursa kemarin, yang sudah sepi menjelang libur panjang Hari Raya Idul Fitri.
Langkah Maybank menunda penutupan transaksi tersebut langsung menuai kritik tajam. "Mereka tidak bisa melakukan itu karena merugikan para investor," tukas Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany di Jakarta, Jumat. Dia menambahkan, reputasi Maybank akan hancur di mata pelaku pasar.
Fuad mengaku mendapat informasi dari Maybank itu, Kamis malam (25/9). Padahal, sehari sebelumnya Maybank mengaku akan menutup transaksi itu tepat waktu. Janji itu mengerek harga saham BII 14,6% dalam dua hari hingga Kamis lalu.
"Investor banyak yang rugi, ini pahit urusannya," kata Dimas Angga Negoro, Analis Danareksa Sekuritas. Investor tetap menderita kerugian meski transaksi ini rampung nanti. Sebab, lanjut dia, kemungkinan Maybank hanya berani membeli sebesar tiga kali dari nilai buku BII. "Itu sekitar Rp 300-an per saham," ujarnya. Hingga berita ini ditulis, belum ada kejelasan mengenai kesepakatan baru mengenai transaksi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News