Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (16/7). Data ekonomi AS diperkirakan masih akan membebani pergerakan rupiah hingga Kamis (17/7).
Kurs rupiah di pasar spot melemah Rp 20 atau 0,12% ke Rp 16.287 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (16/7). Ini adalah pelemahan kurs rupiah spot dalam tiga hari berturut-turut.
Sedangkan kurs rupiah Jisdor hari ini melemah tipis Rp 7 atau 0,04% menjadi Rp 16.288 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor melemah dalam empat hari perdagangan beruntun.
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 3 Hari Beruntun Saat BI Menggunting BI Rate, Rabu (16/7)
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, rupiah dibuka melemah pada pembukaan pasca rilis data inflasi AS yang masih memperlihatkan tren peningkatan.
Pasca pembukaan, rupiah cenderung bergerak sideways jelang pengumuman hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada siang hari. Dalam RDG BI, suku bunga acuan diputuskan dipangkas 25bps ke level 5,25%, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Josua memproyeksikan pada besok hari (17/7), rupiah berpotensi melemah terbatas sejalan dengan risiko kenaikan inflasi produsen AS.
“Pelemahan rupiah sendiri akan terbatasi oleh potensi inflow di pasar keuangan domestik pasca pemotongan suku bunga. Rupiah (besok) diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.250-Rp 16.375 per dolar AS,” ujar Josua kepada Kontan, Rabu (16/7).
Baca Juga: Bank Indonesia: Nilai Tukar Rupiah Dalam Tren Menguat
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS karena berkurangnya prospek pemangkasan suku bunga the Fed setelah data inflasi AS yang menunjukkan kenaikan tertinggi dalam 5 bulan.
Di sisi lain, keputusan BI memangkas bunga yang walau bagus untuk mendukung ekonomi namun memberikan tekanan jangka pendek pada rupiah.
Selain itu, perkembangan kebijakan tarif terakhir, Presiden AS Donald Trump yang mengusulkan tarif 19% dan ketentuan lain yang menyertainya, dipandang tidak ideal dan menguntungkan AS. Sehingga belum mengakhiri ketidakpastian.
Lukman menyebut, investor masih akan mencermati perkembangan tarif dengan menantikan respon pemerintah Indonesia akan usulan tarif Trump ini. Dari data ekonomi, rilis data inflasi produsen AS yang walau diperkirakan tidak akan naik sebesar inflasi konsumen, namun dikuatirkan juga akan kembali mendukung dolar AS.
“Sehingga potensi untuk besok rupiah diperkirakan masih dalam tekanan range Rp 16.200-Rp 16.350,” ucap Lukman.
Selanjutnya: Komisi IV DPR Minta Pemerintah Kasih Efek Jera terhadap Pengoplos Beras
Menarik Dibaca: Tayang September, Official Teaser Trailer Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Dirilis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News