Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan terus tertekan di tengah ketidakpastian global.
Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf menuturkan kuatnya dolar AS didorong kebijakan Trump yang pro-pertumbuhan.
"Misalnya, dengan memangkas pajak besar-besaran, peningkatan tarif impor, hingga pemberantasan imigrasi dinilai pasar bisa mendorong inflasi naik," ujarnya kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,10% ke Rp 16.265 Per Dolar AS, Selasa (13/1)
Nah, dengan naiknya inflasi maka the Fed akan sulit untuk menurunkan suku bunga. Saat ini tercermin dari penurunan probabilitas pemangkasan suku bunga the Fed di 2025.
Oleh sebab itu, rupiah menjadi rentan dengan perkasanya dolar AS. Apalagi, kebijakan proteksionism Trump yang dikhawatirkan pelaku pasar yang bisa memicu perang dagang, terutama dengan China. Padahal China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
"Jika perang dagang mempengaruhi ekonomi China maka akan mempengaruhi Indonesia, yang akhirnya turut melemahkan rupiah," sebutnya.
Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Balik Melemah, Rabu (15/1), Ini Penyebabnya
Alwi juga mencermati, prospek rupiah memang masih lemah. Dia memperkirakan rupiah bisa ke Rp 16.484 di kuartal I 2025, yang menjadi area resistance terkuat. Bahkan, ia melihat area resistance rupiah di akhir 2025 di level Rp 17.000 per dolar AS.
"Namun, Bank Indonesia akan terus melakukan intervensi untuk menahan pelemahan laju rupiah lebih jauh," sebutnya. Adapun proyeksi itu jika mengasumsikan kebijakan luar negeri Trump yang agresif, alias 'worst scenario'.
Selanjutnya: CNAF Buka Peluang untuk Masuk Ekosistem Pembiayaan Sektor Hilirisasi Mineral
Menarik Dibaca: Tips Andalkan Aplikasi Navigasi Saat Pergi Traveling
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News