Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing bergerak keluar di awal tahun 2025 ini. Keluarnya dana asing diperkirakan masih akan berlanjut hingga kuartal I 2025.
Berdasarkan data perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah Bank Indonesia (BI), periode 30 Desember - 2 Januari tercatat beli neto Rp 1,08 triliun. Namun, periode 6 - 9 Januari, tercatat jual neto Rp 4,38 triliun.
Ekonom BCA, David Sumual menuturkan Trump effect menjadi faktor dominan asing menarik dananya dari Indonesia. Sebab, dari sebelum Trump terpilih, David juga melihat bahwa investor sudah bullish terhadap aset berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Modal Asing Mulai Masuk ke Pasar Keuangan Indonesia pada Awal Tahun 2025
Nah, setelah terpilih pasar juga masih menunggu kepastian kebijakan Trump. Terlebih, Trump menyatakan akan mengeluarkan 'emergency law' alias undang-undang darurat perekonomian untuk memudahkan menaikkan tarif ke depannya.
"Sebenarnya yang ditunggu pasar apakah Trump akan mengeluarkan kebijakan tarif yang sama dengan yang dikampanyekan selama ini atau lebih longgar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/1).
Menurutnya, jika kebijakan tarif sesuai dengan yang dikampanyekan maka aset dolar AS akan melanjutkan rally. Sementara jika lebih longgar, ada potensi berbalik arah.
Baca Juga: Pekan Ketiga Desember 2024, Dana Asing Keluar Rp 8,81 Triliun dari Pasar Domestik
Adapun Trump bakal dilantik pada 20 Januari mendatang. Meski begitu, David berpandangan instrumen investasi Indonesia masih akan bergerak bearish di kuartal I 2025 seiring masih tingginya ketidakpastian. Apalagi, asing dari akhir tahun 2024 secara perlahan memindahkan dananya dari dalam negeri.
Dengan situasi ini, David menilai meningkatkan posisi cash menjadi pilihan. Namun, sejumlah saham juga dinilai ada yang menarik, menyusul oversold yang terjadi sehingga secara valuasi menjadi menarik.
Sementara untuk pasar obligasi, David melihat adanya anomali. Sebab, pasar di AS sudah mulai normalisasi dengan imbal hasil jangka pendek yang mulai turun, tetapi justru di Indonesia masih tinggi, seperti SRBI.
Baca Juga: BI Catat Aliran Modal Asing Keluar Rp 4,38 Triliun Pada Pekan Kedua Januari 2024
Menurutnya, hal itu disebabkan ketatnya likuiditas di pasar valas. Oleh sebab itu, investor bisa mencermati obligasi dengan tenor pendek dulu terlebih dahulu.
Selanjutnya: Meutya Hafid Beberkan Alasan Perombakan Kemkomdigi, Termasuk Pelantikan Raline Shah
Menarik Dibaca: Baik untuk Diabetes, Ini 9 Manfaat Daun Jambu Biji untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News