Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para manajer investasi menyambut positif rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan menyeragamkan motode penghitungan pembobotan seluruh indeks. Secara tidak langsung pembobotan baru tersebut bisa meningkatkan likuiditas underlying asset reksadana saham indeks.
Metode penghitungan pembobotan pada indeks saham ke depan akan BEI atur dengan menggunakan metode capped adjusted free float market capitalization weighted average. Metode tersebut menghitung pembobotan indeks dengan menggunakan kapitalisasi pasar free float sebagai bobot. Tetapi, bobot tersebut dikenakan pembatasan (capped) saat evaluasi, dengan pembatasan bobot berkisar 9%-20%.
Dengan penetapan capping, BEI berharap pergerakan suatu indeks saham tidak didominasi saham tertentu. Head of Investment Avrist AM Farash Farich juga memandang penghitungan pembobotan baru ini bisa membantu manajer investasi dalam mengelola reksadana saham indeks. Selama ini, Farash mengamati ada beberapa saham dengan floating rendah tetapi memiliki kapitalisasi pasar besar yang kerap menganggu pengelolaan.
Baca Juga: BEI berencana seragamkan metode penghitungan indeks dengan free float
"Manajer investasi kerap dihadapkan pada pilihan sulit, yaitu risiko likuiditas meningkat tetapi di sisi lain bila saham dengan floating rendah tidak dibeli bisa menyebabkan kinerja reksadana berkinerja di bawah kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG)," kata Farash.
Perubahan penghitungan pembobotan indeks ini juga akan berpengaruh pada reksadana saham yang dikelola aktif tetapi memiliki benchmark ke IHSG. "Reksadana saham yang dikelola aktif nantinya juga jadi menyesuiakan ulang portofolio mereka jika benchmark mereka ke IHSG yang banyak memiliki saham dengan kapitalisasi besar dengan free float rendah," kata Farash.
Menurut Farash, saham seperti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Bank Net Indonesia Syariah (BANK) perlu meningkatkan free float sehingga reksadana dengan kelolaan besar dapat membuat bobot yang signifikan.
Senada, Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra mengatakan, secara teknis pembobotan indeks yang baru ini akan memberi sentimen positif ke pasar saham. Jika dilihat indeks IDX 30 dan LQ45 sudah lebih dulu menggunakan metode pembobotan indeks yang mengacu free float.
Pembobotan ini, kata Guntur, juga sudah mengikuti standar global yang diterapkan oleh FTSE Russell sebagai salah satu pionir dan juga diikuti indeks MSCI di awal tahun 2000.
Tujuan pembobotan seperti ini dibentuk untuk membuat saham-saham yang memiliki free float tinggi dapat memiliki bobot yang lebih tinggi juga. Alhasil, secara tidak langsung pembobotan ini akan membuat underlying aset reksadana saham indeks juga akan memiliki tingkat likuiditas yang lebih baik.
Sementara, mayoritas reksadana indeks dan exchange traded fund (ETF) di Pinnacle sudah mengikuti perhitungan dengan metode free float. "Indeks di luar indeks IDX30 dan LQ45 akan lebih berdampak dengan aturan pembobotan yang baru," kata Guntur.
Guntur mengatakan, secara keseluruhan perubahan pembobotan indeks ini tidak akan berpengaruh secara signifikan pada kinerja reksadana. "Mungkin hanya ada sebagian emiten saja yang akan terkena dampak perubahan bobot dan dampak terhadap indeks acuan juga minimal," imbuh Guntur.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo juga mengatakan pembobotan indeks yang baru ini akan lebih mudah untuk para MI mereplikasi.
"Perbandingannya apple vs apple dengan portofolio," kata Soni. Kinerja reksadana saham dan indeks ke depan juga Soni proyeksikan akan lebih sesuai dengan nilai riil saham.
Soni menambahkan, pihaknya siap untuk menyesuaikan pemilihan aset saham dengan penghitungan bobot indeks yang baru.
Selanjutnya: BEI optimistis penyeragaman penghitungan indeks tidak akan pengaruhi harga saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News